Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garudayana, Kisah Perjalanan Garuda Sakti

Kompas.com - 08/08/2009, 15:16 WIB

KOMPAS.com - Ada sebuah legenda, di dunia Arcapada. Tentang dia yang bergelar Gaganesvara, Sang Raja Langit. Angin memujanya. Halilintar ditaklukkannya, Para Naga lari dari hadapannya...dan inilah kisahnya....

Lembah kuno para Batara. Itulah tempat bekas pemujaan untuk para dewa. Sepi dan angker. Sapa pun yang masuk lembah ini, tak kan keluar hidup-hidup. Tapi, dengan gagah berani Kinara, si pemburu harta karun memasuki wilayah ini.

Sampai akhirnya menemukan telur burung garuda dan harus membawanya dengan penuh kewaspadaan karena siluman juga raksasa menghendaki telur ini. Telur yang kemudian menjadi garuda kecil adalah calon raja, si Gaganesvara yang bakal menguasai langit.

Para ksatria dan raksasa mengejarnya agar bisa memiliki dan bahkan memakannya. Tentu saja agar tambah sakti. Untung, Kinara yang tak lain anak angkat Ki Lurah Semar tidak sendirian. Ksatria Pringgodani, Raden Gatotkaca menjadi pengawal dan pelindungnya dari serangan siluman dan raksasa.

Singkatny, Garudayana yang dibuat Is Yuniarto, salah satu komikus dari delapan komikus muda Indonesia yang baru-baru ini meluncurkan komik mereka secara bersamaan ini berkisah tentang perjalanan Garuda.

Garudayana, menurut penuturan si pembuatnya merupakan komik pendek yang dibuat untuk lomba komik animonster pada tahun 2006. Tapi baru sekarang bisa diterbitkan.

Selain mengenalkan salah satu kisah epos terkenal, pembuatnya ingin memperkenalkan tokoh-tokoh seperti Punakawa, Pandawa, Kurawa, Raksasa Ashura Kalagni dan beberapa tokoh lain seperti Adipati Karna dengan nuansa pewayangan bergaya bahasa dan ekspresi komikus.

Berbeda dengan komik epos Mahabarata dan Ramayana lain, komik ini bisa dikatakan lebih ekspresif dan nge-slank. Penampilan tokoh rekaan seperti Kinara, masih bisa disahkan dalam hal ini. Yang penting pakem cerita tidak kelewat melenceng dari yang sebenarnya.

Seperti kisah mahabarata lain, kisah yang berlatarbelakang cuplikan lakon besar yakni pengasingan Pandawa ini juga menampilkan beberapa adegan lucu dari para punakawan, Gareng, Petruk, Bagong dan tentu saja Ki Lurah Semar penghuni Karangtumaritis. Kelucuan-kelucuan seperti yang tergambar dalam wayang orang maupun wayang kulit dinampakkan di sini, meski suasana dibuat moderen seperti misalnya punakawan ini digambarkan sebagai penghibur dan badut di sebuah pasar malam sementara Semar sebagai Ki Lurah dan penyembuh.

Meski bisa menggambarkan suasana tegang dan lucu, penggambaran karakter beberapa tokoh tampak belum maksimal. Ini terlihat dari penggambaran karakter raksasa Ashura yang lebih mirip wayang kulit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com