Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yayasan Pulih, Mendampingi Para Survivor

Kompas.com - 20/10/2009, 17:10 WIB

KOMPAS.com - Dorongan bergabung dengan Yayasan Pulih bermula sejak tiga tahun lalu, dilatari kesamaan visi. Pulih adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pendampingan psikososial dan psikologis, akibat kekerasan dan bencana. Kenyataan bicara, dampingan psikologis masih sangat sulit dijangkau masyarakat banyak. Salah satu penyebabnya adalah faktor biaya. Padahal, masyarakat Indonesia memiliki sifat gemar berkumpul bersama sambil bercerita. "Namun, hanya orang dari golongan tertentu yang bisa berkonsultasi kepada psikolog. Atas pertimbangan itu, Yayasan Pulih didirikan," kata Irma S. Martam, koordinator umum Yayasan Pulih.

Tugas Irma di yayasan yang telah berusia 7 tahun ini adalah melakukan riset dan merancang program yang berfokus pada intervensi sosial (psychosocial intervention). Salah satunya outreach (kunjungan rumah). Kunjungan ini ditujukan kepada klien yang dengan alasan tertentu tidak dapat datang ke Pulih. "Ketika mengunjungi ibu-ibu, saya senang bila mereka jadi bisa melihat suatu permasalahan dengan lebih baik. Misalnya, mereka jadi tahu bahwa tidak boleh membanding-bandingkan anak, atau memukulnya," tutur wanita berusia 39 tahun ini.

Pendekatan yang tepat
Membantu seseorang untuk bangkit dan tak tenggelam dalam deritanya, bukanlah pekerjaan yang gampang. Selain mengatasi dampak fisik, relawan di Pulih juga membantu "menyembuhkan" dampak psikologis yang dialami para kliennya, yang disebut dengan istilah "penyintas". Istilah ini mengacu pada orang yang berhasil lolos dari peristiwa traumatik yang mengancam nyawa, seperti penculikan, kekerasan, bencana alam, tahanan perang, dan sebagainya. "Bahasa Inggrisnya adalah 'survivor'. Menurut kami, isitlah ini jauh lebih positif daripada 'korban'," jelas Irma.

Untuk mengatasi dampak psikologis, Irma dan rekan-rekan di Pulih melakukan pendampingan psikologis yang diawali dengan proses pendekatan yang tepat. Sebab, dibanding problem fisik, masalah ini sering tidak bisa ditebak kemunculannya. Kadang klien terlihat baik-baik saja, sementara di lain waktu ia bisa terlihat sangat merana. Pengalaman buruk saat mengalami kekerasan seringkali menorehkan luka yang menyakitkan dan sukar untuk dilupakan. "Sebelum mendekati klien, kami menganalisis dulu, apa yang paling dibutuhkan di lapangan. Kami tak bisa langsung 'masuk' ke dalam diri mereka dan melakukan konseling. Harus ada strategi yang tepat," ujar Irma.

Tak jarang, seorang penyintas merasa dirinya aneh karena memimpikan hal yang buruk berulang-ulang. Kondisi ini  juga bisa membuat dirinya kian tertekan. Di sinilah Irma dan rekan-rekan berupaya membantu. "Kami memberi tahu bahwa itu adalah kondisi yang lumrah, karena dia baru saja mendapatkan pengalaman buruk. Setelah sharing, penyintas akan tahu bahwa ternyata bukan hanya dirinya yang mengalami mimpi buruk. Ini penting sekali, karena bisa menjadi sarana penyaluran beban hidup yang tengah mereka rasakan," tambah Irma.

Tumbuhkan semangat hidup
Dalam menjalankan programnya, Yayasan Pulih bekerja sama dengan banyak lembaga. Bentuk bantuan dari mitra kerja pun beragam, mulai dari pemenuhan kebutuhan ekonomi, pemberian ilmu keterampilan, pembentukan support group, serta masih banyak lagi.

Menurut Irma, Pulih tak sekadar ingin menyembuhkan luka di hati para penyintas. Yayasan ini juga berupaya menguatkan diri mereka, agar tetap memiliki harapan hidup yang kuat. "Dengan modal keterampilan yang diberikan, mereka bisa menciptakan sesuatu yang bisa dijual. Harapannya, mereka akan merasa 'I can do something'. Dengan begini, mereka bisa mendapat penghasilan sendiri, dan menguatkan kondisi ekonominya," terang Irma. Di waktu mendatang, ia juga berharap Pulih bisa menjangkau lebih banyak masyarakat yang memang membutuhkan bantuan. Tujuannya agar semakin banyak orang yang paham tindakan apa yang sebaiknya dilakukan bila mereka menghadapi kejadian traumatis.

Mengenai kekerasan yang belakangan marak dialami wanita, Irma berharap suami dan istri bisa membina hubungan yang setara, saling menyayangi, dan menghargai. Ini adalah salah satu kunci untuk menekan terjadinya peristiwa kekerasan. "Masyarakat yang damai dan sejahtera diciptakan oleh keluarga yang bahagia. Mereka harus mampu saling mencintai dan menghormati anggota keluarganya terlebih dahulu," katanya tegas.

Hubungi Yayasan Pulih:
Jl. Teluk Peleng No 63A, Komp. AL, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Telp/Fax: 021-788 42580/ 021-782 3021
Hotline: 021-982 86398, 0888 1816860
E-mail: info@pulih.or.id
E-counseling: counseling@pulih.or.id
Website: www.pulih.or.id

 

(Christina/Prevention Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com