Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Diet Rendah Karbo

Kompas.com - 18/03/2010, 11:24 WIB

KOMPAS.com - Karbohidrat sering "disalahkan" sebagai penyebab tubuh gemuk. Tidak heran jika banyak orang ingin menyingkirkan jenis makanan berkarbohidrat dari menu makannya sehari-hari. Anda tertarik mencoba diet rendah karbohidrat? Sebaiknya pahami dulu prinsipnya.

Benar atau salah?

1. Sayur dan buah harus dihindari dalam diet ini, sebab keduanya mengandung karbo.
Salah.
Sayur dan buah memang mengandung karbohidrat, tapi jenisnya kompleks. Artinya, tidak menggemukkan, karena indeks glikemiknya rendah. Hasil survei Journal of Nutrition menunjukkan, pelaku diet ini justru  makan sayur  dan buah dua kali lebih banyak. Keduanya berperan penting dalam proses penurunan berat badan.

2. Dengan mengikuti diet rendah karbo, kondisi jantung kita akan jauh lebih sehat.
Benar.
Menurut riset American Journal of Epidemiology, risiko penyakit jantung berkurang hingga 30 persen jika mengurangi makanan berindeks glikemik (IG) tinggi, seperti roti dan nasi putih. Apalagi, bila kita juga mengganti sumber lemak dan protein dari daging merah menjadi sayuran.

3. Bau mulut kerap dialami mereka yang ikut diet ini.
Benar.
Saat kekurangan karbo, tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Artinya, lemak yang dibakar akan lebih banyak. "Proses ini disebut ketosis, yang mendorong terbentuknya zat kimiawi bernama keton, yang menyebabkan bau tak sedap di area mulut," ujar Kenneth Burrell, DDS, dari American Dental Association.

4. Hilangnya porsi karbo dari menu membuat berat badan lebih cepat susut.
Benar.
Riset dari Duke University menjelaskan, mengurangi porsi karbohidrat cukup efektif untuk menurunkan bobot. Namun, jangan menghilangkan karbo sama sekali. "Tubuh, terutama otak, tetap butuh karbohidrat agar dapat berfungsi baik. Yang diperlukan sebesar 40 persen dari total kalori harian," papar Michele Turcotte, MS, RD/LDN, dari Perfect Plate, Inc., lembaga konsultan gizi.

5. Ikut diet rendah karbo bikin kita rentan terhadap keropos tulang.
Salah.
Menurut Dr John D. Carter, dari University of South Florida College of Medicine, kepadatan tulang para pelaku diet ini tak berkurang. Sebaliknya makanan tinggi protein bisa membantu mengoptimalkan penyerapan kalsium oleh tulang. Tambahkan dengan konsumsi kalsium dan vitamin D. Plus, rutin berolahraga, seperti berjalan kaki, joging, atau aerobik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com