Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Obesitas dari Zaman ke Zaman

Kompas.com - 01/04/2010, 08:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Sebuah penelitian yang mengaitkan lukisan bertema ”Perjamuan Terakhir” karya Leonardo da Vinci dan karya seniman lainnya dengan isu obesitas tengah menjadi perbincangan di kalangan ahli perilaku.

Pengukuran relatif menu makanan utama dalam lukisan itu dalam kurun waktu tahun 1000-2000 menghasilkan data yang membuat kita tercengang. Akan tetapi, penelitian ini juga menuai kritik.

Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa China Kuno dan bangsa Mesir Kuno telah mengemukakan kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir Kuno menyebutnya sebagai penyakit.

Akan tetapi, tidak sedikit pula yang berpandangan bahwa kegemukan sebagai simbol kekayaan dan keindahan. Masyarakat yang sering ditimpa kelaparan melihat kegemukan sebagai lambang kemakmuran.

Meskipun demikian, pandangan yang beragam itu berubah ketika ilmu kedokteran mulai meneliti secara ilmiah dampak kegemukan. Pada 1940- an, kampanye antiobesitas mulai dilakukan setelah muncul studi tentang dampak kegemukan terhadap jantung. Kegemukan merupakan faktor risiko tertinggi penyebab penyakit jantung.

Tahun 1996, ketika ditemukan Body Mass Index (BMI), isu kegemukan makin mencuat. Indeks ini untuk menentukan apakah seseorang tergolong kegemukan atau tidak. Saat itu kasus kegemukan sudah sangat tinggi. Bahkan, sudah melanda anak-anak dan remaja.

Beberapa tahun kemudian, Amerika Serikat membuat peta dan tren obesitas di sejumlah negara bagian. Setiap tahun makin banyak negara bagian yang warganya tidak bebas dari masalah obesitas. Tingkat risiko makin meningkat.

Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan masalah kegemukan di negara maju. Penelitian-penelitian dilakukan untuk mencari sejarah, penyebab, dan berbagai kemungkinan untuk mengatasinya.

Keluar dari jalur-jalur yang biasa dilakukan dalam penelitian obesitas, Brian Wansink dari Cornell University dan Craig S Wansink dari Virginia Wesleyan College meneliti perubahan porsi makanan dengan mengecek ukuran-ukuran makanan dalam lukisan. Lukisan yang digunakan adalah lukisan bertema perjamuan terakhir dari buku Last Supper terbitan Phaidon Press tahun 2000.

Hasil penelitian yang berjudul The Largest Last Supper: Depictions of Portion Size and Plate Size Increased Over The Millennium sebenarnya baru akan dipublikasikan dalam International Journal of Obesity bulan April ini. Namun, abstrak dan ringkasan penelitian ini sudah tampil di beberapa situs.

Lukisan-lukisan itu merupakan lukisan ternama. Tema lukisan diambil dari Injil saat Yesus mengadakan perjamuan di malam terakhir sebelum Ia dikhianati seorang muridnya hingga disalib. Lukisan bertema ”Perjamuan Terakhir” yang sangat termasyhur adalah lukisan karya Leonardo da Vinci yang masih ada di dinding Gereja Santa Maria delle Grazie di Kota Milan, Italia. Brian dan Craig berpendapat, yang belum dianalisis adalah perubahan-perubahan dalam lukisan itu seiring perubahan waktu. Satu milenium menjadi saksi peningkatan dan perubahan secara dramatis dalam produksi, ketersediaan, dan keamanan pangan. Mereka menduga perubahan ini terefleksi dalam lukisan selama kurun itu.

Penelitian ini dilakukan dengan berpijak pada pendapat bahwa karya seni adalah imitasi dari kehidupan. Dari anggapan ini kemudian diukur sejumlah hal terkait dengan makanan, seperti ukuran piring, ukuran roti, dan juga ukuran makanan utama (ikan dan daging) yang ada di dalam 53 lukisan Perjamuan Terakhir. Selain itu, diukur juga rata-rata volume kepala tokoh-tokoh dalam lukisan itu.

Untuk membuat ukuran piring, roti, dan makanan utama serta kepala, peneliti menggunakan program CAD-CAM yang biasa digunakan untuk desain. Lukisan yang diukur ini berada dalam rentang tahun 1000 hingga 2000—satu milenium.

Untuk membuat perbandingan proporsional, peneliti membuat indeks berupa perbandingan antara ukuran piring, roti, dan makanan utama dengan ukuran kepala dalam lukisan. Jadi, semisal indeks salah satu lukisan adalah 2,0, ukuran roti dua kali lebih besar dibanding rata-rata ukuran kepala.

Perhitungan pertama adalah mencari parameter yang mempunyai signifikansi dan korelasi tertinggi dalam kurun waktu tertentu. Dari perubahan indeks ukuran roti, ukuran makanan utama, dan ukuran piring terhadap ukuran kepala dengan kurun waktu tertentu, yaitu 1000-1300, 1300-1400, 1400-1500, 1500-1600, dan 1600-2000 diketahui bahwa parameter ukuran makanan utama mempunyai korelasi dan signifikasi tinggi, yaitu 0,52 dan tingkat kepercayaan 99 persen.

Ukuran relatif makanan utama digunakan mengukur perubahan ukuran makanan dalam periode tertentu. Dalam penelitian ini ukuran waktu adalah per seratus tahun dari tahun 1000 hingga 2000. Dengan menggunakan metode regresi nonlinear, hasilnya menunjukkan kecenderungan porsi makanan utama yang terus menanjak sejak tahun 1000 hingga 2000 (lihat gambar).

Ukuran porsi makanan utama tahun 1000-2000 meningkat 69,2 persen. Ini adalah perubahan terbesar dibanding perubahan ukuran roti (23,1 persen) dan ukuran piring (65,6 persen). Juga ada lonjakan ukuran makanan pada periode 1500-2000.

Penemuan ini sangat mengagetkan di tengah upaya berbagai kalangan di negara maju menangani masalah kegemukan. Sangat boleh jadi hasil penelitian Brian dan Craig ini sejalan dengan masalah kegemukan.

Namun, ada yang melihat, tidak ada sesuatu yang unik dan baru dari penelitian itu. ”Hasil penelitian ini tidak banyak memberikan arti bagi ilmu pengetahuan,” kata Martin Brinks, psikolog perilaku kesehatan dan seorang konsultan pada Duke University Medical Center, seperti dikutip sebuah situs.

Ia mengatakan, sebenarnya ada contoh-contoh nyata kenaikan porsi makanan. ”Anda semua dapat melihat perubahan ukuran makanan siap saji di rumah makan,” katanya.

Ia menyarankan, lebih baik dilakukan penelitian terhadap perubahan makanan-makanan masa kini yang berukuran besar. ”Kita bisa melihat bagaimana perubahan masyarakat terkait dengan pangan,” katanya. (Andreas Maryoto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com