Lalu, bagaimana dengan bahasa Inggris? Dalam anggapan Tia, sah saja mengajarkan bahasa asing tersebut sepanjang porsinya memang sesuai. Artinya kalau memang bahasa pergaulan utamanya adalah bahasa Inggris, silakan memperkenalkan bahasa itu. Tetapi kalau tidak, Anda sebaiknya memastikan bahwa anak menguasai bahasa ibunya terlebih dulu.
"Sebenarnya saya lebih setuju bila orang tua Indonesia mengajarkan anak bahasa Indonesia dulu. Kalau bahasa itu sudah benar-benar dipahami dan dikuasai, baru perkenalkan bahasa asing," katanya.
Tak ada patokan umur
Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa asing ini, tidak ada patokan umur yang bisa dikenakan pada anak. Yang lebih menentukan adalah karakteristik, kemampuan menyesuaikan diri, dan tingkat kecerdasan anak. Kalau merasa anak mampu dan memiliki minat, kenapa tidak?
Tia mengingatkan para orang tua untuk tidak gegabah. Kita sebagai masyarakat Indonesia menganut sistem kekerabatan yang amat erat. Akibatnya kita jadi sering terlalu memerhatikan pendapat orang mengenai diri kita daripada benar-benar mempertimbangkan apa yang baik untuk keluarga sendiri.
"Kita sering berhadapan dengan kalimat, 'Apa kata dunia kalau begini begitu?'. Akhirnya kita jadi khawatir dicap ketinggalan zaman kalau anak tidak belajar bahasa Inggris sama seperti anak-anak lain," ungkap Tia.
Padahal, menurutnya, bila tidak memiliki kesiapan, hal ini bisa menimbulkan dampak negatif. Anak jadi mencampuradukkan bahasa dan akhirnya cara berpikirnya jadi kacau. Ia tidak mampu menyesuaikan bahasa dengan orang yang diajak bicara. "Istilahnya 'sakelar' bahasanya rusak," kata Tia.
(Tassia Sipahutar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.