Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesenian Jepang Gemakan Gamelan

Kompas.com - 19/07/2010, 18:13 WIB

SOLO, KOMPAS.com — Grup kesenian dari Jepang, Lambangsari, telah menyuarakan gamelan sebagai kesenian musik khas Indonesia, baik di negaranya sendiri maupun di Indonesia.

"Grup gamelan yang dibentuk di Jepang pada 1985 tersebut didirikan oleh alumni Tokyo National University of Fine Art and Music, Fumi Tamura," kata Pimpinan Lambangsari, Kayo Kimura, di Solo, Minggu malam.

Dia mengatakan, Fumi Tamura, yang saat ini telah menjadi profesor di Tokyo National University of Fine Art and Music, memiliki andil besar dalam membesarkan grup gamelan Lambangsari dan memasyarakatkan musik gamelan di Jepang.

Sejak awal dibentuk oleh Fumi Tamura, kata Kayo, Lambangsari aktif memperkenalkan musik gamelan kepada masyarakat Jepang.

"Lambangsari yang juga pernah bekerja sama dengan seniman-seniman Indonesia, seperti Didik Niniek Towok dan Ki Purbo Asmoro, melakukannya melalui pentas, kursus, lokakarya, serta kegiatan-kegiatan lainnya di sejumlah daerah di Jepang," kata dia.

Dari kegiatan-kegiatan seperti itu, lanjutnya, ketertarikan masyarakat Jepang, terutama pelaku seni, terhadap kesenian gamelan semakin terlihat.

Selain mengadakan sejumlah acara lokakarya dan pementasan di Jepang, Kayo mengatakan, Lambangsari yang saat ini beranggotakan 17 musisi asli Jepang tersebut juga melakukannya di negara-negara lain, termasuk di Indonesia.

"Dari situ kami bisa belajar lebih banyak dalam memainkan kesenian tradisi Indonesia ini," kata dia.

Sementara itu, menurutnya, antara kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Jepang masih memiliki unsur persamaan dalam harmoni musik ketimuran sehingga dapat dipadukan.

"Hal tersebut dapat terlihat dari apa yang kami tampilkan dalam pementasan musik gamelan kami pada Solo International Performing Art (SIPA) 2010 melalui kolaborasi musik khas Indonesia dengan alat musik Jepang," kata dia.

Kedua budaya tersebut dapat dipadukan, lanjutnya, karena masih berpijak dalam satu nilai, yaitu tradisi.

Dalam keikutsertaan mereka pada SIPA 2010 di Kota Solo, Jawa Tengah, yang diadakan pada 16 hingga 18 Juli 2010, Kelompok Lambangsari membawakan sebuah rangkaian pementasan yang berjudul Kochi, yang berarti angin dari timur atau angin musim semi dalam bahasa Jepang.

"Dalam pementasan yang menampilkan empat lagu, seperti 'Sakura-Sakura', 'Kokiriko-bushi', 'Tanchame', dan 'Abi-shongane', Lambangsari memberikan suguhan permainan musik gamelan dengan dipadukan alat musik Jepang, seperti koto (kecapi), kokyu (rebab), dan rin (lonceng)," kata Kayo.

Pada lagu "Sakura-sakura", terdengar adanya persamaan antara bunyi dari harmonisasi alat musik Jepang dengan nada-nada lagu Sunda, "Madenda".

Tak hanya pada lagu "Sakura-sakura", persamaan-persamaan suara dan nada juga dapat didengarkan dari lagu "Tanchame" yang juga dimainkan dengan tangga nada lagu khas Okinawa yang juga memiliki kemiripan dengan tangga nada pelog dari gamelan Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com