Wakil Ketua Komisi B DPRD Jawa Timur Anna Luthfie mengatakan, berdasarkan penyusuran tim bentukan Komisi B DPRD Jawa Timur, ratusan ribu tabung itu tersebar di sejumlah wilayah. ”Dengan jumlah sebanyak itu, patut dipertanyakan keamanan distribusi elpiji. Kami masih terus mendata di mana saja tabung itu tersebar,” papar Anna, Senin (26/7) di Surabaya.
Pertamina, lanjutnya, diminta secepatnya menarik tabung-tabung itu dari pasaran. ”Jangan sampai digunakan masyarakat dan berujung ledakan lagi. Mungkin niat konversi energi baik, tapi caranya jangan merugikan masyarakat,” tambah Anna.
Menanggapi pernyataan itu, Asisten Manajer External Relations Pertamina Regional V Eviyanti Rofraida mengatakan, menurut catatan Pertamina, ada 380.000 tabung tidak layak pakai. ”Semua tabung itu didapat dalam proses pengisian ulang di SPBE (stasiun pengisian bulk elpiji). Setiap tabung tidak layak edar yang masuk SPBE akan langsung disimpan,” katanya.
Saat ini, lanjut Eviyanti, 180.000 tabung sedang menunggu penukaran dari pabrik karena masih dalam masa garansi. Dua ratus ribu tabung lagi sedang menunggu uji ulang dan perbaikan di Surabaya dan Gresik.
Di Kebumen, Jawa Tengah, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengatakan, ledakan dan kebakaran yang dipicu oleh kebocoran tabung elpiji 3 kilogram disebabkan adanya permasalahan pada produksi tabung gas pada masa awal program konversi gas berlangsung. ”Tak tertutup kemungkinan selama proses pengadaan tabung itu berlangsung, produksinya tak memenuhi syarat,” katanya.