Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahirnya "Jonegoroan", Batik Motif Bojonegoro

Kompas.com - 28/03/2011, 10:45 WIB

Nani memfokuskan pembinaan perajin di Desa Mojosari, Desa Ngumpak Dalem, Desa Sidobandung, dan di lembaga pemasyarakatan. Para perajinnya sehari bisa menghasilkan 100 sampai 200 potong batik cap.

”Permintaan dari luar kota, seperti Madiun dan Surabaya, terus berdatangan. Kadang datang rombongan yang khusus datang ke Bojonegoro dengan bus pariwisata. Menurut mereka, batik Jonegoroan menarik karena warna-warnanya yang cerah,” lanjutnya.

Kerja keras Yayuk, Nani, dan rekan-rekannya yang lain sudah mulai berbuah. Perputaran uang dalam sebulan bisa mencapai Rp 400 juta, dengan keuntungan Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Keuntungan itu masih diputar kembali untuk membeli kain mori, malam, dan bahan pewarna.

Jadi, bila ada kota yang sebelumnya memiliki tradisi membatik tapi kemudian mati karena berbagai sebab, seharusnya berkaca pada pengalaman Bojonegoro. Masyarakat di sini tak mengenal kata mustahil untuk memulai.

(Myrna Ratna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com