Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Perempuan "Silent Heroes" Inspiratif

Kompas.com - 20/12/2011, 18:51 WIB

KOMPAS.com - Bidan merupakan profesi tua yang punya kontribusi tak ternilai. Para perempuan yang kebanyakan menjalankan tugasnya di pedesaan, di daerah suburban, ini tak sekadar menjalankan fungsi kebidanan. Mereka adalah mitra kaum hawa yang membutuhkan tenaga medis profesional dengan kepedulian tinggi. Para silent heroes ini menyelamatkan jutaan ibu dan bayi di daerah, yang berdedikasi dan juga rela bekerja dibayar seadanya di pelosok desa. 

Arif Mujahidin, Senior Corporate Communications Manager PT Sari Husada menilai bidan merupakan silent heroes. Pahlawan bagi perempuan, atau ibu dan anak, yang layak menerima penghargaan dan didukung untuk menjalankan tugas besar selain fungsi tradisionalnya.

"Banyak orang yang melakukan hal baik bagi masyarakatnya, termasuk para bidan ini. Seharusnya, apa yang mereka lakukan bisa ditularkan kepada bidan lainnya, selain juga mendorong sesama budan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar, daripada profesi tradisional mereka dalam melayani masyarakat," jelas Arif kepada Kompas Female di sela penjurian penganugerahan Srikandi Award 2011 untuk sembilan Bidan Inspirasional, diadakan PT Sari Husada dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Jakarta.

Lebih dari 200.000 bidan terdaftar di organisasi IBI. Organisasi ini sendiri sudah berdiri sejak 24 Juni 1951, dan bergabung menjadi anggota organisasi bidan internasional (ICM) pada 1958. Usia yang tak muda ini menunjukkan, pentingnya peran bidan bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.

Menurut Arif, Srikandi Award menjadi salah satu cara mengapresiasi peran bidan di Indonesia. Para silent heroes ini punya andil dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. "Ada dua cara dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, preventif dan kuratif. Bidan melakukan perannya di langkah preventif dengan memberikan penyuluhan dan membantu perempuan menyiapkan kehamilan dan persalinan. Mulai dari memberikan informasi nutrisi yang baik agar ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan gizi," jelasnya.

Andil besar
Arif menyebutkan data, 60 persen kelahiran di Indonesia, terutama di daerah ditangani bidan. Dalam satu tahun terjadi lebih dari empat juta kelahiran. Bidan punya andil besar membantu persalinan, terutama di kawasan suburban hingga ke daerah-daerah terpencil, menggantikan peran dokter kandungan yang terbatas jumlahnya di daerah tingkat Kabupaten misalnya.

Para bidan inilah yang bersedia mengulurkan tangannya, membantu ibu melahirkan. Arif kembali menyebut data, 190.000 ibu meninggal per minggu saat melahirkan. Angka ini tak muncul begitu saja. Minimnya tenaga medis profesional menjadi salah satu faktornya. Tak berlebihan jika kemudian Arif menyebut profesi bidan sebagai silent heroes. Berkat bantuan mereka lah, perempuan mampu melahirkan dengan layak, meski dengan biaya terbatas.

Tugas besar
Profesionalisme bidan juga terus bertumbuh. Dibawah naungan IBI, bidan tertantang untuk mencipta program pemberdayaan perempuan bahkan ekonomi, yang sebenarnya masih ada kaitannya dengan tugas kebidanan.

Bidan juga berkreasi mencipta program pengembangan komunitas, untuk mendorong kaum ibu memerhatikan faktor gizi dalam menyiapkan kehamilan. Jangan heran jika ada bidan yang mengajak ibu memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Hal ini dilakukan bukan tanpa maksud. Justru, melalui kegiatan ini, ibu dapat menanam sendiri sayur mayur yang dibutuhkan untuk menunjang nutrisi saat hamil. Dengan kondisi tempat tinggal yang jauh dari pasar, menanam sayuran sehat di pekarangan justri dapat mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil.

Bidan dengan berbagai ide kreatif seperti ini dapat dijumpai di berbagai daerah. Arif menyebutkan, Kendal, Magetan, Deli Serdang, Belu di Nusa Tenggara Timur merupakan sejumlah daerah yang memiliki bidan dengan berbagai program pemberdayaan untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com