Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berllian Marsheilla, Libero yang Ingin Jadi Penyiar

Kompas.com - 09/04/2012, 23:05 WIB

KOMPAS.com - Sheilla baru saja selesai latihan. Lewat telepon, ia minta izin untuk mandi. Cuaca siang itu agak terik, pertanda musim hujan menjelang berakhir. Kami berjanji bertemu di sebuah pemusatan latihan klub bola voli nasional di bilangan Jakarta Selatan. Sekitar 30 menit, libero tim bola voli nasional itu muncul lamat-lamat dari jalan setapak….

Ini akan menjadi pertemuan yang keras! Berllian Marsheilla (23) dikenal sebagai pemain serba bisa di tim bola voli nasional. Di lapangan, ia seorang pengatur pertahanan yang disegani kawan dan lawan. Ketika berjabat tangan, genggaman tangan Sheilla terasa keras. Ia tersenyum. Ah, itulah saat-saat keramahan dan kecantikannya tak bisa ia sembunyikan lagi. Tak heran, setiap tim nasional berlaga, gadis kelahiran Jakarta ini menawan hati para penonton. Sampai-sampai tak jarang penggemarnya membawa oleh-oleh untuknya.

”Pernah diberi nasi kucing banyak sekali… ha-ha-ha,” ujar Sheilla ceria.

Waktu itu, tambahnya, ia bersama klubnya sedang bertanding di kota Solo. Soal oleh-oleh nasi kucing itu sebenarnya sudah ”disepakati” lewat jejaring sosial. Sheilla selalu memperbarui status pada akun Twitter dan Facebook-nya ketika berkunjung ke satu kota. ”Dan aku selalu ingin sesuatu yang khas dari satu kota,” tutur perempuan yang menekuni voli sejak usia 9 tahun ini.

Angin bertiup kencang menerobos pintu gedung olahraga milik klub Jakarta PLN Electric. Ketika menyentuh rambut Sheilla yang basah, angin seperti serbuk yang mengalirkan aroma segar dan harum. Entah apa rahasianya meski tampil dengan kaus oblong dan celana latihan Sheilla benar-benar menarik. Ia hanya menyampirkan dua potong pakaian ganti untuk sesi foto di salah satu tangannya. Tak ada peralatan make-up, apalagi sekoper pakaian.

”Maaf saya tak punya high-heels dan memang tidak suka. Khawatir tinggi sendiri…,” tutur Sheilla sembari mengumbar senyum.

Ia memang memiliki tinggi badan 171 cm dan berat 60 kilogram. Bukan itu saja yang meruapkan kesederhanaannya, Sheilla juga tidak pernah galau melihat kedua tangannya menghitam seukuran permukaan bola voli. Tepat pada punggung tangan di ruas antara telapak dan siku, sebuah lingkaran menghitam, mirip-mirip kapalan. Itu akibat deraan bola voli setiap kali ia harus menerima smash-smash keras dari pemain lawan. ”Ah ini biasa, tidak apa,” katanya.

Lingkaran hitam itu, tambah Sheilla, terbentuk setelah ia menghabiskan sebagian besar usianya untuk bermain voli. ”Tetapi, jangan salah…,” katanya buru-buru. ”Setiap selesai bertanding hampir semua pemain voli perempuan luluran lho… ha-ha-ha,” kali ini Sheilla tertawa lepas.

Kami sudah berpindah di sebuah kafe di kawasan Raya Terogong, Jakarta Selatan. Sheilla tampak lebih santai. Ia sempat berkeliling melihat tas dan kain yang dipajang di kafe.

Sendirian
Apa yang menarik dari kehidupan seorang atlet yang hampir selalu menghabiskan waktunya di arena pertandingan dan jam latihan? Bukan itu saja, sejak usia 13 tahun, Sheilla bahkan sudah hidup berpisah dari orangtuanya meski sama-sama tinggal di Jakarta. ”Sejak SMP aku tinggal di asrama karena sekolah di SMP dan SMA Ragunan, lalu sekarang hidup di mes atau hotel saat-saat pemusatan latihan tim nasional,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com