Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adikriya Sulam Indonesia: Buku Referensi Sumber Inspirasi

Kompas.com - 10/04/2012, 20:42 WIB

KOMPAS.com - Indonesia memiliki ragam jenis sulam dari Aceh hingga Papua. Sulam sebagai warisan budaya semakin berkembang, termasuk dalam  produk fashion seperti aplikasi sulam pada tas dan aksesori lainnya.

Berbagai teknik, motif, warna juga sejarah sulam nusantara kini bisa digali dan dipelajari lebih mendalam melalui buku Adikriya Sulam Indonesia. Adalah Yayasan Sulam Indonesia (YSI), dengan Triesna Jero Wacik sebagai pendirinya, yang memprakarsai peluncuran buku referensi sulam ini.

Buku yang diluncurkan bertepatan dengan HUT YSI ke-6 pada 10 April ini menjadi salah satu cara melestarikan sulam, sekaligus mendorong berbagai pihak lebih kreatif mengembangkan sulam atau bordir.

"Satu tahun lalu kami mengadakan survei untuk buku, mengenai teknik, motif, warna sulam juga melalui wawancara dengan perajin dan kolektor mengenai ragam koleksi lama, sulam baru juga sulam yang sudah mulai langka," jelas Triesna dalam sambutan peluncuran buku di Hotel Dharmawangsa Jakarta, Selasa (10/4/2012).

Istri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik ini melanjutkan, Adikriya Sulam Indonesia dapat menjadi referensi dan inspirasi untuk perajin sulam dalam meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Juga untuk kolektor yang membutuhkan sumber bacaan untuk menambah wawasan mengenai keragaman sulam nusantara. Buku ini juga bermanfaat untuk orangtua dan guru dalam memotivasi anak-anak untuk melatih keterampilan menyulam.

"Buku ini bertujuan mempopulerkan sulam agar diproduksi, dipakai, diperjualbelikan dan menjadi kebanggaan. Agar nantinya sulam juga bisa dipadupadankan pada batik, tenun, songket," jelasnya.

Sulam, lanjut Triesna, merupakan produk kreatif berbasis budaya yang bisa diberdayakan menjadi produk niaga. Melalui buku ini YSI berharap sulam dapat lebih berkembang dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Ibu Negara Ani Yudhoyono yang hadir meresmikan peluncuran buku mengatakan, buku berisi warisan budaya seperti ini berperan penting untuk memudahkan dan memberikan nilai tambah bagi pengembangan sulam.

"Bagi pengusaha, buku ini bisa menjadi media promosi untuk mengenalkan keunggulan Indonesia. Bagi perajin, buku ini adalah guru untuk belajar teknik sulam, menambah wawasan, inovasi dan kreativitas. Dan bagi pemerintah buku ini dapat menjadi peta sulam Indonesia," jelasnya.

Menurut Ani, sulam bukan sekadar mengenai kain dan benang tetapi merupakan karya seni tinggi. Di balik proses pembuatannya, sulam memiliki pesan akan penghargaan terhadap proses dalam mencapai titik akhir. Sulam membangun budaya kerja untuk tekun tidak cepat berpuas diri. Teknik menyulam itu sendiri mengandalkan kesabaran, ketekunan, ketelitian, kepekaan, keterampilan dengan memerhatikan unsur keindahan.

"Buku ini menjadi alat pencitraan Indonesia sebagai negara kaya budaya dengan keragaman yang khas. Selain itu, ini juga menjadi cara meningkatkan derajat kriya sulam," tandasnya.

Buku setebal 325 halaman ini disusun secara bilingual dan dijual dengan harga Rp 600.000 saat acara peluncuran buku atau bisa didapatkan melalui Yayasan Sulam Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com