Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan di Mata Fotografer Perempuan

Kompas.com - 26/04/2012, 18:37 WIB

KOMPAS.com - ”Semua tentang Perempuan.” Itulah judul pameran yang digelar Female Photographer Community di Museum Bank Indonesia, Jakarta, 21-29 April. Dengan fotografi, para perempuan itu berbicara tentang perempuan.

Sebanyak 60 potret dipajang di Museum Bank Indonesia, Jalan Pintu Besar Utara 3, Jakarta Barat. Seluruh karya dari 27 fotografer yang dipajang bercerita tentang lika-liku kehidupan perempuan.

”Lewat fotografi, kita ingin berjuang dalam ruang lingkup yang lebih luas. Dengan foto, kita bisa berbicara dan mengangkat harkat perempuan,” kata Tiar Pasu, anggota Female Photographer Community (FPC).

Lewat karya fotografi berjudul ”Demi Rupiah”, misalnya, Tiar memotret kehidupan perempuan pengangkut karung pasir di Pantai Gili Trawangan, Lombok. Perempuan-perempuan ini memanggul karung pasir dari perahu dengan upah Rp 75 per 25 kilogram pasir.

Ary Yuniasti, anggota FPC lain, memamerkan empat karya fotografinya. Salah satu karya berkisah tentang perempuan tua dengan wajah penuh keriput. Wajah perempuan asal Banten ini tampak marah sehingga Ary memberi judul ”Scary Grandma”.

Begitulah, fotografer perempuan memotret perempuan dari mata perempuan. FPC yang dibentuk tahun 2008 semula beranggotakan 27 fotografer perempuan. Kini FPC mempunyai lebih dari 300 anggota yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Mereka berprofesi sebagai dokter, arsitek, polisi, dan ibu rumah tangga.

Dilarang bawa suami
Dalam setahun, minimal FPC melakukan lima kali hunting atau berburu foto bareng ke berbagai daerah. Mereka sempat ke Gunung Bromo (Jawa Timur) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat). Mereka berencana akan hunting ke Ternate (Maluku) pada bulan Mei, dan Raja Ampat (Papua) pada bulan Oktober.

”Kami perempuan semua. Dilarang bawa suami dan anak. Kalau bawa suami, yang lain bisa ngiri ha-ha....” ujar Ary Yuniasti.

”Sejenak kami berjarak dengan tugas rumah tangga yang kadang bikin jenuh,” kata Ary menambahkan.

Anggota komunitas itu menabung tiap bulan agar bisa berburu foto bareng. Jika tak bisa menabung sendiri, bendahara FPC akan mengoordinasi iuran bulanan yang dinamai Arisan Hunting. Arisan akan dikocok menjelang agenda hunting bareng.

Pergi beramai-ramai ternyata juga efektif memangkas kebutuhan dana. Untuk keperluan tiga hari berburu ke Lombok, misalnya, mereka hanya butuh anggaran Rp 2 juta per orang. ”Saya mulai nabung dari tahun lalu untuk ke Raja Ampat. Sebulan sejuta,” kata Ary, ibu rumah tangga.

Mira Chandra, anggota FPC, menambahkan, berburu foto bareng sesama fotografer perempuan memberikan kenyamanan ekstra. Seorang anggota yang masih menyusui, misalnya, bisa dengan mudah memerah ASI untuk disimpan bagi bayinya di rumah selama perjalanan hunting.

Eksplorasi, bukan eksploitasi
Tak sekadar jeprat-jepret, anggota FPC juga sangat memperhatikan kualitas foto. Seusai berburu foto, mereka biasanya akan berkumpul untuk membahas foto hasil buruan.

Lokakarya fotografi biasanya digelar secara gratis bagi anggota setiap tiga bulan sekali. Pada saat hunting bareng, anggota FPC juga mengajak fotografer senior untuk memberi arahan dan masukan. Dengan bergabung dalam komunitas, menurut Mira, kualitas karya fotografi menjadi semakin bagus. Sebagian di antara mereka juga menjuarai beragam lomba fotografi.

FPC juga memberi peluang bagi anggota untuk mengeksplorasi kecantikan negeri. Salah satu anggotanya, Rana Ranuwijaya, mengaku bisa lebih mengenal Indonesia setelah bergabung dengan komunitas fotografer perempuan.

”Indonesia sangat kaya dan saya ingin menceritakannya lewat foto. Dari dulu, sering hidup berpindah- pindah di luar negeri mengikuti orangtua yang duta besar. Jadi, tidak sempat benar-benar mengenal Indonesia,” kata Rana.

Sepulang dari Amerika Serikat, Rana tertarik bergabung dengan komunitas fotografer yang semua anggotanya perempuan. Ia membutuhkan teman perempuan untuk hunting foto agar merasa lebih nyaman bepergian tanpa suami. Baru satu tahun bergabung dengan FPC, Rana sudah ikut berburu ke Padang, Yogyakarta, dan Bromo. Pada pameran bertema ”Semua tentang Perempuan” kali ini, Rana mempertontonkan empat karya tentang keunikan ekspresi wajah perempuan Indonesia.

Meski banyak memotret tentang perempuan, sebagian besar anggota FPC antimemotret model perempuan seksi. Alasannya, mereka tidak ingin mengeksploitasi tubuh perempuan.

(Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com