Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Abaikan ASI

Kompas.com - 27/10/2012, 03:07 WIB

Kupang, Kompas - Kasus manusia pendek di NTT yang dirilis WHO pada 2012 mencapai 57,80 persen karena kurang air susu ibu dan zat besi. Lebih banyak ibu yang memberikan susu formula kepada bayi ketimbang yang memberikan ASI. Namun, kasus gizi buruk kini cenderung menurun.

Kepala Seksi Perbaikan Gizi Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur Isbandrio, di Kupang, Jumat (26/10), mengatakan, riset kesehatan dasar pada 2007/2008 yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, sebanyak 46,70 persen manusia pendek di NTT. Namun, sampel itu diambil per kabupaten. Adapun berdasarkan riset dasar pada tahun 2010, yang sampelnya diambil secara nasional, NTT menempati urutan tertinggi dengan 57,80 persen manusia pendek, atau 2,717 juta orang dari total 4,7 juta jiwa.

Kategori pendek adalah tinggi badan rata-rata di bawah 1,6 meter untuk pria dan 1,4 meter untuk perempuan. Kecenderungan manusia pendek ini terjadi terutama di desa dan kecamatan yang sering mengalami kasus gizi buruk.

Ada dua penyebab, pertama pemberian ASI menurun. Banyak ibu rumah tangga cenderung memberikan susu formula kepada bayi yang lahir ketimbang ASI. Padahal, ASI adalah unsur paling penting yang menentukan masa depan tumbuh kembang anak.

”Harga susu puluhan ribu rupiah, sementara ASI itu didapat secara gratis. ASI investasi bagi generasi masa depan yang tidak ternilai. ASI banyak berfungsi bagi tumbuh kembang anak, seperti imunitas tubuh, daya intelektual, dan kesehatan pada umumnya,” kata Isbandrio.

Cenderung turun

Penyebab kedua, ibu kekurangan zat besi saat mengandung. Zat besi dapat diperoleh dari sayur dan buah. Selain itu, zat besi juga bisa didapat dalam bentuk tablet yang disediakan di apotek. Zat ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (bayi).

Namun, ia menjelaskan, kasus gizi buruk dalam 5-6 tahun terakhir cenderung menurun. Puncak kasus gizi buruk tahun 2005/2006 mencapai 17.720 kasus, meninggal 77 anak di bawah usia lima tahun (balita). Kini, kasus itu terus menurun sampai 2.723 kasus pada tahun 2012 dan meninggal 7 kasus.

”Jumlah anak balita yang ditimbang di posyandu dari Januari 2012 sampai Agustus 2012 sebanyak 364.962. Dari jumlah ini ditemukan 29 anak balita marasmus, 1 kasus kwasiorkor, dan 2 orang marasmus kwasiorkor. Bisa saja ada kasus gizi buruk yang tidak ditemukan karena ada anak yang tidak mengikuti kegiatan posyandu,” ujarnya.

Kepala Puskesmas Pembantu Fontein Kota Kupang Ny Adel mengatakan, kesadaran orangtua memberikan asupan gizi kepada anak balita makin baik. Meski masih banyak rumah tangga masuk kategori miskin, mereka tahu bagaimana memberikan gizi yang layak kepada anak. (KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com