Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2014, 10:30 WIB

KOMPAS.com - Tiara berkilau di rambut coklat keemasan Gabriela Isler (25) mengesahkannya sebagai perempuan tercantik di jagat: Miss Universe. Bersama mahkota itu Gabriela terbang melanglang dunia. Tetapi, ”flamingo” cantik dari Venezuela itu tak ingin kakinya lupa menjejak bumi.

Langit-langit penthouse di puncak Grand Sahid Jaya, Jakarta, mendadak terasa rendah dengan kehadiran sosok setinggi 178 sentimeter milik Gabriela Isler. Tubuh semampainya ditopang kaki panjang dengan torso tegak berhias leher jenjang, serupa keanggunan burung flamingo. Konon, dari postur tubuh flamingo nama tarian flamenco berasal, tarian penuh emosi membara yang biasa ditarikan gadis Latin berpakaian merah melayang dan bersepatu hak tinggi.

”Saya pernah belajar flamenco, tetapi itu sewaktu saya kecil. Saya hanya ingat beberapa langkah, he-he-he.” Bibirnya yang berpulas merah menyebar senyum hangat. Sikap tubuhnya tak berubah. Dia ingin selalu tampak anggun. Saat dia meneguk segelas air putih, tak seorang pun diizinkan memotret.

Seperti flamingo bermigrasi pada musim tertentu, begitu juga hidup Gabriela. Dari kota Maracay dekat pesisir Karibia, Gabriela terbang menempati apartemen di New York, salah satu kota terbesar di dunia yang menjadi markas besarnya selama menjadi Miss Universe. ”Untuk pertama kalinya saya jauh dari rumah dan keluarga,” ujar perempuan yang akrab disapa Molly itu.

Gabriela berkunjung ke negeri-negeri yang jauh dari bayangannya. Selasa 4 Februari lalu, dia ada di lantai 21 Hotel Sahid Jaya, memandang hamparan kota Jakarta yang padat pencakar langit. Tubuhnya berbalut gaun panjang berbahan tenun endek bali rancangan Didiet Maulana. Kata Gabriel, dia suka kain Indonesia lantaran punya cerita dan dibuat oleh tangan-tangan terampil. Rupanya, selama di Indonesia dia sempat melihat batik di Yogyakarta.

Tiba-tiba dia melepas mahkotanya. ”Ini berat sekali, saya lepas sebentar, ya,” ujar Gabriel, meletakkan hati-hati mahkota itu di sampingnya. Kata Gabriel, berat mahkota itu 1,5 kilogram. Tidak mudah mendapat mahkota itu. Dia bertarung dengan 85 perempuan cantik dari sejumlah negara di Moskwa, Rusia, pada 9 November 2013. Gabriela berhasil menjadi perempuan Venezuela ketujuh yang memenangkan kontes itu. Setelah Amerika Serikat, Venezuela menjadi penyumbang terbesar pemenang Miss Universe.

Rangkaian tugas yang menyertai mahkota itu telah menunggu. Selama setahun, dia akan berkeliling dunia sebagai duta Miss Universe Organization, menjadi juru bicara kampanye penanggulangan HIV/AIDS. Dia bekerja sama dengan lembaga sosial serta amal yang berfokus kesehatan perempuan dan isu reproduksi.

Gabriela didaulat pula menjadi panutan kecantikan, kesehatan, dan kepemimpinan perempuan. ”Saya senang berbicara kepada banyak orang tentang hal-hal penting untuk diperjuangkan,” ujarnya.

Pencapaian terbesar

Gabriela tidak menganggap gelar itu sebagai satu-satunya pencapaian puncak dalam hidupnya. ”Pencapaian terbesar saya itu ketika menyelesaikan pendidikan,” ujar sarjana di bidang manajemen dan marketing itu dengan mata berbinar. Gabriela ikut kontes Miss Venezuela setelah menyelesaikan kuliah. ”Rasanya takjub bisa menyelesaikan kuliah saya sekaligus mendapat gelar Miss Venezuela,” ujarnya.

Pendidikan, bagi Gabriela, sangat penting dan membuka banyak peluang dalam hidup. Setelah menyelesaikan tugas sebagai Miss Universe, dia berencana kembali berkuliah untuk meraih gelar master di bidang marketing lalu membangun perusahaan sendiri.

Bagi Gabriela, kecantikan memang tak sedangkal kulit tubuhnya yang bercahaya itu. ”Kecantikan itu sebuah karisma, kebaikan dari dalam yang memancar ke luar,” ujarnya. Itu pula sebabnya, Gabriela percaya kepada karma atau hukum ”tabur-tuai”. ”Saya sedapat-dapatnya berbuat baik agar kebaikan pula yang datang ke dalam hidup saya,” ujarnya bersungguh-sungguh.

Ketika bicara soal eksterior tubuh, sekalipun telah dinobatkan sebagai Miss Universe, Gabriela tetap merasa dirinya tidak sempurna. ”Saya kurang suka kaki saya yang besar. Ukuran sepatu saya 41, he-he-he.”

Semua karena ibu

Gabriela tak asing dengan dunia yang menempatkan penampilan sebagai yang utama. Ketika berusia 14 tahun, Gabriela terjun ke dunia modeling. ”Ibu yang mendorong saya masuk ke dunia modeling,” ujarnya. Sejak kecil, tubuh Gabriela jangkung dan besar. Keluarganya suka memanggil Gabriel dengan julukan, Molly, seperti boneka Molly—seri boneka American Girl— yang tembem.

Semula dia enggan menjadi model. Namun, ketika salah seorang tantenya meninggal, dia memutuskan menekuni modeling untuk menyenangkan hati ibu dan neneknya.

Sang ibu, Emperatiz, pula yang meminta Gabriela mengikuti ajang putri-putrian. Gabriela memutuskan ikut kontes dan menganggapnya sebagai tantangan. ”Banyak sekali yang harus dipersiapkan. Bahkan, setelah menjadi Miss Venezuela, saya bekerja sebagai presenter di sebuah stasiun televisi untuk mempersiapkan diri agar terbiasa berhadapan dengan kamera,” ujarnya.

Sang ibu selalu menjadi panutan Gabriela. Setelah kedua orangtuanya bercerai ketika Gabriela masih kanak-kanak, otomatis sang ibu yang kini bekerja sebagai manajer penjualan di sebuah perusahaan itu dominan membesarkan dan membiayai Gabriela beserta dua saudaranya. ”Ibu selalu memberikan yang terbaik dan mendahulukan anak-anaknya. Dia selalu membeli sepatu saya terlebih dahulu. Bukan untuk dirinya,” ujarnya.

Didikan Emperatiz membentuk Gabriela menjadi perempuan mandiri. Gabriela pun bekerja untuk membiayai hidup dan kuliahnya. ”Ibu saya perempuan yang kuat dan selalu mengajarkan agar percaya kepada diri sendiri. Kata ibu, jika kamu tidak percaya diri kamu sendiri, orang lain juga tidak akan percaya kepadamu,” ujar Gabriela menirukan kata-kata ibundanya.

Karakter dan pesan ibunya itu yang akan diteruskan Gabriela jika kelak dia memiliki anak perempuan. Kekuatan seorang perempuan dilihat dari karakternya, tak hanya penampilan. Kata Gabriela, keluarga, termasuk ibunya, merupakan salah satu sumber kekuatan yang tetap membuatnya membumi sekaligus mengingatkan betapa dia seorang gadis bersahaja dari keluarga kelas pekerja di Venezuela. (Indira Permanasari)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com