KOMPAS.com – Saat anak berada pada periode emas, khususnya usia tiga sampai lima tahun, orangtua memiliki peran penting.
Dalam buku “Early Education, three, four and five years old go to school” dijelaskan bahwa perkembangan pada masa-masa itu akan mempengaruhi kecerdasannya di masa depan.
Itulah yang menjadi dasar mengapa banyak orangtua begitu menggebu-gebu memberi anak-anaknya pelajaran pada tahun-tahun tersebut. Namun, selain aspek akademis sisi non akademis juga perlu untuk diasah.
Seefeldt dan Wasik menegaskan bahwa orangtua tidak boleh lupa menyisipkan seni saat mengedukasi anak.
“Semua pelajaran penting, tapi tidak ada program bagi anak-anak yang bisa sukses tanpa menekankan seni,” tulis buku yang diterbitkan pada sembilan tahun silam tersebut.
Dampaknya pernah dijelaskan oleh David A Sousa, seorang konsultan edukasi neurosains dan penulis buku How the Brain Learns dalam situs web www.aasa.org.
Ia bilang, kegiatan seni bisa jadi salah satu faktor yang mendukung sinergi akal, fisik, dan sosial si kecil pada periode emas.
Orangtua, misalnya, bisa mengajak anak dengan bernyanyi, menggambar, dan menari. “Aktivitas tersebut melibatkan semua indera dan sel-sel otak anak untuk benar-benar sukses (mempelajari sesuatu),” ucapnya.
Lebih lanjut, dijelaskan juga dalam riset Child Development and Arts Education yang dilakukan oleh College Board untuk The National Coalition for Core Arts Standards pada 2012. Penelitian tersebut mendapati fakta bahwa anak-anak usia dini memiliki kemampuan motorik yang menyolok.
Artinya, saat belajar menari, anak bukan hanya mendapat pelajaran beraktivitas fisik, melainkan akan berlatih keseimbangan, dan koordinasi yang memudahkannya beraktivitas di masa depan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.