Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Loko Cafe, Tempat "Kongkow" Pakai Kayu Kereta Sisa Zaman Belanda...

Kompas.com, 21 Oktober 2019, 13:20 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pernahkah menggila karena macet, hingga memilih kereta api sebagai alat transportasi?

Jika jawabannya pernah, maka ada banyak orang seperti kamu. Pergerakan manusia yang semakin cepat, membuat kereta api menjadi primadona.

Lihat saja bagaimana perjalanan kereta api (KA) Jakarta-Bandung meningkat volumenya, dari sebelumnya delpan KA dengan 16 trip, kini menjadi 17 KA dengan 34 trip per hari.

Imbasnya, stasiun tak pernah sepi. Menangkap peluang ini, PT KAI pun lalu mempercantik stasiun dan melengkapi fasilitasnya.

Baca juga: Bepergian dengan Kereta Api Saat Hamil, Ini Aturannya...

Salah satunya dengan mendirikan Loko Cafe di kawasan pintu utara Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung.

Suasana Loko Cafe di kawasan pintu utara Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung. Cafe ini menawarkan berbagai keunikan, salah satunya sisa-sisa masa kejayaan Belanda lewat kayu bantalan rel bekas. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Suasana Loko Cafe di kawasan pintu utara Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung. Cafe ini menawarkan berbagai keunikan, salah satunya sisa-sisa masa kejayaan Belanda lewat kayu bantalan rel bekas.
Dari kejauhan, kafe ini sudah memperlihatkan keunikan dan kenyamanannya. Bangunan dibuat kekinian dan instagramable yang terbagi menjadi dua bagian.

Di bagian indoor, nuansa milenial sangat terasa terutama dari rancangan interior. Tempat ini sangat cocok untuk menanti jadwal kedatangan kereta sambil menikmati menu yang disediakan.

Atau, bagi yang masih memiliki pekerjaan kantor atau bahan presentasi yang belum selesai, bagian dalam ini sangat pas. Bahkan, jika pun hanya untuk sekadar mengobrol.

Yang tidak kalah menarik ada di bagian outdoor.

Baca juga: Kafe Joe & Dough Buka Gerai Kedua di Jakarta

Tempat ini cocok digunakan untuk kongkow dengan pemandangan dan nyamannya hawa Kota Bandung terutama saat pagi, sore, dan malam.

Suasana Loko Cafe di kawasan pintu utara Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung. Cafe ini menawarkan berbagai keunikan, salah satunya sisa-sisa masa kejayaan Belanda lewat kayu bantalan rel bekas. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Suasana Loko Cafe di kawasan pintu utara Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung, Kota Bandung. Cafe ini menawarkan berbagai keunikan, salah satunya sisa-sisa masa kejayaan Belanda lewat kayu bantalan rel bekas.

Di bagian outdoor ini, selain menawarkan nuansa kekinian, pengunjung akan diajak ke suasana kereta api.

Bagaimana rel kereta api menghiasi lantai, ornamen gerbong, hingga kayu bantalan rel bekas yang digunakan untuk meja.

Serat kayu tersebut unik, terkesan mahal, dan ternyata memiliki sejarah yang dalam. Karena kayu itu peninggalan kejayaan Belanda dalam perkeretaapian di Indonesia.

“Kayu ini dari zaman Belanda yang sudah tidak terpakai. Nyarinya susah, karena spek kayu harus utuh.”

Baca juga: Bekerja di Kafe yang Berisik Lebih Produktif Dibanding di Kantor

Begitu kata Manager Business Development PT Reska Multi Usaha (RMU), Decil Christianto kepada Kompas.com di Bandung, belum lama ini.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau