Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Kebiasaan yang Bisa Merusak Hubungan Pernikahan

Kompas.com, 12 November 2019, 19:18 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak peduli sebahagia apapun ikatan pernikahan, hubungan paling sempurna sekalipun bisa saja menghadapi masalah bahkan perceraian.

Perceraian memang tidak mudah, namun seringkali perpisahan adalah opsi terbaik daripada tetap bersama.

Kadang-kadang ada permasalahan yang tidak bisa lagi didamaikan di balik keputusan bercerai, tapi ada pula hal-hal yang sebetulnya masih bisa diperbaiki dan dicegah untuk menghindarkan pernikahan dari perceraian.

Dilansir dari laman Times of India, setidaknya ada lima kebiasaan berbahaya yang jika terus dibiarkan bisa mengganggu hubungan pernikahan suami-istri:

1. Tidak membicarakan masalah penting

Ketika muncul permasalahan dalam hubungan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah membahasnya sesegera mungkin. Namun, banyak pasangan memilih jalan yang lebih mudah dengan tidak membahas masalah itu.

Apa alasannya? Biasanya karena alasan klasik sindrom "fight or flight" dan mereka memilih pergi dari masalah. Sayangnya, itu justru akan membuat masalah tersebut tumbuh lebih besar. Ketika pertengkaran sudah terjadi, maka semuanya sudah terlalu terlambat.

Baca juga: Dua Modal yang Harus Dimiliki demi Pernikahan Langgeng dan Bahagia

2. Menyinggung masalah lama ketika berargumen

Banyak dari kita yang melakukan itu, yaitu membawa masalah lama yang memicu pertengkaran yang lebih hebat. Ini adalah kebiasaan yang seharusnya dihindari.

Ketika seseorang kerap menyinggung masalah lama ketika berinteraksi dengan pasangan, hal itu tak hanya mengganggu, namun juga memicu amarah.

Jika kamu tidak bisa mengatasi masa lalu, bagaimana bisa merencanakan masa sekarang dan masa depan dengan baik?

3. Bicara di belakang pasangan

Banyak orang yang kemudian membicarakan pasangannya di belakang setelah pertengkaran terjadi. Misalnya, menghubungi teman atau keluarga untuk menangis dan meluapkan perasaan.

Terkadang, tanpa disadari seseorang bisa bicara kejam tentang pasangannya pada orang lain, ketika pasangannya tidak ada di sekitarnya.

Namun percayalah, seringkali kata-kata lebih tajam daripada senjata dan bisa merusak hubungan pernikahan.

Baca juga: 10 Tanda Terjebak dalam Pernikahan yang Tak Bahagia

4. Membandingkan pasangan dengan mantan

Meskipun mungkin kerap tak mengakuinya, namun banyak dari kita yang membandingkan pasangan saat ini dengan mantan pasangan lalu membuat catatan tentang perbedaan tersebut.

Kebiasaan ini tidak hanya merintangi seseorang untuk mengapresiasi masa depan, tapi juga bisa merusak pernikahan.

5. Tidak menghormati ruang pribadi

Ada batasan tipis yang membatasi sikap perhatian dan obsesif. Setelah menikah, banyak orang mulai bertingkah seperti "pelindung", terutama pria.

Mereka kemudian mengawasi segala aktivitas pasangan dan tidak berpikir dua kali ketika mengecek ponsel atau email pasangan.

Padahal, setiap orang seharusnya memiliki ruang privasi dan perilaku pasangan seperti itu bisa membuat frustrasi loh.

Baca juga: Memprediksi Kebahagiaan Pernikahan dari Sesi Foto Pra-Nikah

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau