Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cicipi Hidangan Khas Lombok, Nasi Balap Puyung Inaq Esun

Kompas.com, 23 Desember 2019, 12:52 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Melakukan perjalanan jauh menjelajahi sebuah daerah tentu tak lengkap jika tanpa mencicipi makanan khas di daerah tersebut.

Hal itu pula yang dilakukan rombongan turing PT Piaggio Indonesia pada salah satu kesempatan di sela rangkaian perjalanan sejauh lebih dari 300 kilometer sejak 15-17 Desember 2019 lalu.

Selain singgah di beberapa lokasi wisata dengan alam yang memukau, rombongan pun tak lupa mampir untuk mencicipi kuliner khas setempat. 

Salah satu makanan khas yang dicicipi dalam perjalanan ini adalah Nasi Balap Puyung Khas Lombok, di salah satu cabangnya di kawasan Tanah Awu, Praya, Lombok Tengah.

Baca juga: Menjelajahi Lombok dalam Keheningan dan Gaya Khas Italia...

Konon, cikal-bakal kuliner ini telah ada sejak tahun 1970an, ketika seorang perempuan yang disapa Inaq Esun mulai menjajakan makanan ini di Pasar Kebon Roek dengan sistem barter.

Lambat laun, makanan ini menjadi kian populer di wilayah Puyung, Lombok Tengah, dan bahkan menjadi kuliner khas.

Baru di tahun 1990an makanan ini dijajakan Inaq Esun di rumahnya, dan lalu diikuti oleh banyak pedagang serupa.

Namun merek Inaq Esun-lah yang menjadi legenda dan diburu hingga kini.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle) on Dec 22, 2019 at 9:10pm PST

"Satu porsi harganya Rp 18.000, kalau ditambah telur asin jadi tambah Rp 5000," kata perempuan penjaga kedai usai melayani pesanan rombongan PT Piaggio Indonesia.

Dalam satu porsi Nasi Balap Puyung berisi, nasi putih, ayam suwir, tumis buncis, ayam kriuk, dan kedelai goreng. Sangat sederhana.

Baca juga: Mudik Lewat Karawang? Cicipilah 10 Kuliner Andalan Ini...

"Kami menyebutnya ayam plecingan," kata wanita itu lagi.

Aslinya, ayam plecingan tersebut dikenal dengan cita rasa yang pedas.

Namun, karena harus mengikuti selera pembeli, kedai Nasi Balap Puyung pun menyediakan pilihan "pedas sedang" dan tidak pedas.

"Yang ini pedas, yang ini sedang, dan yang tidak pedas sudah habis," kata dia sambil menunjuk wadah besar bersisi ayam suwir dengan bumbu yang kental.

Uniknya, ayam plecingan dengan tiga pilihan rasa itu diletakkan dalam wadah besar yang sama, tanpa sekat. 

Nasi Balap Puyung Khas LombokKOMPAS.com/GLORI K WADRIANTO Nasi Balap Puyung Khas Lombok
Selain menambah telur asin, pengunjung pun bisa memesan telur dadar atau telur mata sapi sesuai selera.

Mudah diterka, nama Puyung pada suguhan kuliner ini diambil dari nama Kampung Puyung di Lombok Tengah, tempat Inaq Esun berasal.

Baca juga: Trik Hasilkan Hidangan Kuliner dengan Cara Ekonomis

Sementara, nama nasi "balap" baru muncul di tahun 1990-an. Inspirasinya datang dari satu cucu Inaq Esun yang adalah pembalap lokal, dan sering memenangi perlombaan balapan.

Ketika menang, dia sering mentraktir kawan-kawannya di warung sang nenek. Dari sanalah nama "balap" berasal.

Kini, para wisatawan bisa mendapatkan makanan khas ini di banyak tempat di Lombok.

"Sudah ada lebih dari lima, pusatnya ya di Puyung, yang di Tanah Awu, Praya ini salah satu cabangnya," kata salah satu penjaga kedai.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau