Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Susu Segar Lebih Berkualitas daripada Susu Bubuk

Kompas.com, 24 Februari 2020, 12:13 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Susu merupakan sumber gizi yang baik untuk melengkapi asupan makanan kita setiap harinya. Namun, tahukah kamu bahwa tidak semua bentuk susu sama baiknya?

Ilmuwan nutrisi, Dr. Matthew Lantz Blaylock, PhD menyebutkan, susu mengandung enam zat gizi yang dibutuhkan tubuh, yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Namun, ia mengingatkan bahwa tidak semua produk susu mengandung manfaat yang sama.

"Kita harus jeli ketika memilih produk berkualitas," kata Matthew ketika ditemui di pabrik susu Greenfields di Palaan, kabupaten Malang, Jumat (21/2/2020).

Ia menambahkan, susu bubuk atau susu kental manis, misalnya, memiliki banyak bahan-bahan tambahan seperti perisa sintetis dan lainnya. Sementara susu segar hanya terdiri dari susu sapi segar.

"Karena itu kualitas susu segar jauh lebih baik daripada yang lain," kata dia.

Baca juga: Agar Tak Mudah Gemuk, Simak Tips Sehat Minum Susu

Sementara itu, ahli gizi Emilia Achmadi seperti diberitakan oleh Kompas.com pada 16 Februari 2016 lalu menjelaskan, kualitas susu segar lebih baik karena masih memiliki kandungan nutrisi yang utuh.

Susu segar yang dikonsumsi manusia bisa didapat setelah melalui proses pasteurisasi atau proses untuk menghilangkan organisme dalam susu menggunakan suhu tinggi dalam waktu singkat.

Sedangkan susu bubuk sudah melalui proses pemanasan yang berpotensi merusak kandungan di dalamnya, terutama Vitamin B kompleks.

"Kalau mau makan makanan yang paling sehat, konsumsi makanan yang paling natural, alami. Jadi kalau susu, pilihlah yang paling mendekati natural, yaitu susu segar," katanya.

Ia menjelaskan, dalam satu gelas susu segar mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan kulit, vitamin B untuk kesehatan otak dan mengatasi anemia, serta vitamin D untuk kekuatan tulang.

Tak hanya itu, susu juga kaya protein, kalsium, magnesium, hingga potasium.

Baca juga: Sapi Sehat Harus Rajin Pedicure

Ilmuwan nutrisi, Dr. Matthew Lantz Blaylock, PhD saat menjelaskan topik nutrisi di pabrik susu Greenfields di Palaan, kabupaten Malang, Jumat (21/2/2020).Dok. Greenfields Indonesia Ilmuwan nutrisi, Dr. Matthew Lantz Blaylock, PhD saat menjelaskan topik nutrisi di pabrik susu Greenfields di Palaan, kabupaten Malang, Jumat (21/2/2020).

Membangun kebiasaan minum susu

Matthew mengatakan, fokus pada pola makan alami akan membuat kita secara tidak langsung juga akan fokus membangun kebiasaan sehat dalam jangka panjang.

Namun, kebiasaan sehat ini harus diawali dengan membangun kebiasaan kecil. Salah satunya, dengan mulai mengonsumsi produk susu segar. Misalnya, di waktu sarapan sebagai teman makan sereal.

"Biasakan minum dua hingga tiga porsi susu setiap hari," katanya.

Tak hanya dalam bentuk susu, kita juga bisa mengonsumsi susu dalam bentuk lain, seperti yogurt atau keju. Namun, pastikan mengonsumsi produk olahan susu alami sehingga masih memiliki kandungan nutrisi yang tinggi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau