Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Sepatu Pijakbumi yang Bawa Indonesia ke Pentas Dunia...

Kompas.com - 06/03/2020, 17:40 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Merek sepatu asal Bandung Pijakbumi, mampu membawa nama Indonesia mendunia.

Seperti yang telah diberitakan, Founder dan CEO, sekaligus desainer Pijakbumi, Rowland Asfales meraih penghargaan Emerging Designer di ajang The MICAM Milano 2020, di Italia.

Nah, Pijakbumi mendapatkan penghargaan lewat dua artikel sepatu mereka, Signature dan Atom Series.

Baca juga: Sepatu Asal Bandung, Pijakbumi Raih Penghargaan Bergengsi di Italia

Atom Series menggunakan material ramah lingkungan, kulit sapi samak nabati. Hal itu terlihat dari warnanya yang terkesan natural.

Memang, pada sederet seri terbaru, Pijakbumi tetap mengandalkan warna-warna tanah.

Sepatu Pijakbumi dipamerkan dalam The Micam Milano 2020.Dok PIJAKBUMI Sepatu Pijakbumi dipamerkan dalam The Micam Milano 2020.

Varian itu, sepatu ini didesain dengan penambahan kulit di bagian atas sehingga membentuk layer.

Jahitan menyerupai wafle membuat tekstur sepatu terlihat kian ciamik.

“Ini memang keunggulan dari Pijakbumi. Sejak didirikan tahun 2016, kami memproduksi sepatu berbahan dasar ramah lingkungan.”

Begitu kata Rowland Asfales kepada Kompas.com, Jumat (6/3/2020).

Baca juga: Mengintip Produksi Sepatu Ramah Lingkungan “Pijakbumi” di Bandung

Pria yang akrab disapa Fales ini menjelaskan, karya Pijakbumi didominasi kulit sapi samak nabati.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pijakbumi (@pijakbumi) on Mar 5, 2020 at 5:30am PST

Di industri fesyen, pengolahan material kulit hewan kerapkali menggunakan metode berbasis kromium.

Pada teknik ini dihasilkan sisa penyamakan --seperti sodium sulfida, khrom, kapur, dan amoniak-- yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan manusia juga mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Guna mengurangi dampak buruk penggunaan bahan kimiawi itulah, ia memilih material kulit sapi samak nabati.

Material itu diperoleh dari hasil peternakan sapi yang dirawat dengan baik dan telaten sehingga menghasilkan kualitas kulit premium.

Kemudian kulit sapi tersebut diproses menggunakan metode penyamakan tradisional dengan mengandalkan tanin tumbuhan seperti pohon ek.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com