Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keluarga Lakukan Perjalanan Lintas Negara untuk Cegah COVID-19

Kompas.com, 25 Maret 2020, 21:50 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Time

Sekitar satu setengah bulan mereka menetap di Savannah sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Atlanta.

"Saya mendengar orang-orang mulai membeli makanan dan tisu toilet, dan kemudian ayah saya memberi tahu saya dia pergi ke Walmart, semua roti dan susu hilang," katanya.

Elfassy memutuskan sudah waktunya mereka pergi, naik penerbangan pulang yang direncanakan untuk dia dan putrinya.

"Kami bisa merasakan kepanikan mulai terjadi di Savannah. Tidak dapat dimungkiri virus ini pada dasarnya telah mendarat di AS dan mulai menjadi masalah," katanya.

"Itu akan sama di kedua tempat, jadi kita mungkin lebih baik berada di Hong Kong."

Adapun wabah yang awalnya berasal dari daratan Cina itu telah menjadi pandemi global.

Jumlah kasus yang dilaporkan di luar Cina sekarang jauh melampaui negara itu, di mana pada hari Senin, kasus di Cina hanya mewakili sekitar seperempat kasus di seluruh dunia, menurut John Hopkins University.

Korban tewas di Italia, yang memiliki hampir 64.000 kasus, kini telah melampaui kematian di Cina.

AS yang memiliki sekitar 4.400 kasus minggu lalu, sekarang melaporkan sedikitnya 46.400 kasus, menjadikannya negara dengan jumlah infeksi tertinggi ketiga.

Para ahli khawatir virus itu dapat menyerang seluruh penjuru dunia untuk masa yang akan datang.

"Virus ini akan memantul sekitar satu atau dua tahun ke depan. Akan ada tempat berbeda yang lebih terpengaruh pada waktu berbeda," kata Cowling.

Dia menambahkan, bagaimanapun, karena langkah yang tepat, Hong Kong dan Singapura tampak tidak berisiko untuk wabah berskala besar seperti yang terjadi oleh AS dan beberapa negara Eropa.

Tetapi dia khawatir, Cina dapat kembali dihantam keras oleh virus corona di tengah upaya mereka untuk kembali normal.

Cina, yang telah melaporkan nol kasus lokal selama berhari-hari, kini melonggarkan pembatasan.

Di Beijing, lalu lintas telah kembali normal. Sementara di Shanghai, para bartender terlihat memadukan koktail untuk pengunjung pesta di klub malam yang sibuk.

Pada hari Selasa, para pejabat Cina mengumumkan mereka mencabut status lockdown untuk sebagian besar provinsi Hubei dan mengatakan mereka akan melakukan hal serupa di Wuhan pada 8 April.

Namun Cowling tidak merasa yakin. "Saya tidak berpikir Cina akan memiliki periode ketenangan yang lama sebelum gelombang kedua dimulai."

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau