Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susu Sapi Vs Susu Nabati, Mana yang Lebih Baik untuk Pertumbuhan Anak?

Kompas.com, 2 April 2020, 20:41 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Meskipun terkadang soal makanan anak menjadi sebuah tantangan, tapi orangtua tahu bahwa pola makan sehat adalah kunci untuk pertumbuhan dan perkembangan anak mereka.

Bukan hanya makanan, apa yang diminum anak-anak sama pentingnya dengan apa yang mereka makan.

Ada dua minuman utama yang direkomendasikan ahli gizi untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan- air dan susu sapi tradisional.

Baca juga: Pentingnya Meluangkan 10 Menit per Hari demi Tumbuh Kembang Anak

Orangtua disarankan tidak memberikan minuman lain untuk membantu memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang optimal dari minuman mereka.

Susu sapi tradisional adalah yang terbaik

Terlepas dari semakin populernya susu nabati, seperti susu almond, belum ada yang mengalahkan kandungan gizi susu sapi biasa untuk anak-anak.

Itu karena susu sapi memiliki keseimbangan kalori alami yang baik dari lemak, protein, dan vitamin esensial.

Anak-anak membutuhkan nutrisi ini untuk pertumbuhan dan perkembangannya - dan susu nabati tidak menyediakan nutrisi itu.

"Susu tumbuhan sebagai alternatif mungkin lebih rendah kalori, tetapi tidak seimbang dengan vitamin dan mineral," kata ahli gizi anak, Diana Schnee, MS, RD, CSP, LD.

Susu tradisional memiliki nutrisi alami yang dibutuhkan anak-anak dalam masa tumbuh kembang, sementara susu nabati cenderung memiliki kandungan gizi yang ditambahkan kemudian melalui proses yang disebut fortifikasi.

Tidak jelas seberapa baik tubuh kita sebenarnya menyerap vitamin dan mineral melalui susu yang diperkaya.

Baca juga: Kiat Mencegah Stres Hadapi Anak yang Mogok Makan

Anak-anak juga harus menghindari jus buah

Bukan hanya susu nabati, orangtua juga sebaiknya tidak memberikan jus buah pada anak.

Schnee mengatakan, bahwa jus buah hanyalah gula yang tertinggal dari buah. Semua serat bermanfaat hilang dalam proses pembuatan jus.

Penelitian menunjukkan, bahwa minum jus buah justru bisa membuat anak-anak makin menyukai rasa manis – inilah yang kemudian berisiko membuka kebiasaan mengonsumsi makanan manis pada anak-anak.

Hanya karena sebuah minuman mengklaim berisi 100% jus buah tidak berarti itu pilihan yang sehat untuk anak-anak.

Baca juga: Sebelum Terlambat, Lakukan Ini untuk Kurangi Asupan Gula pada Anak

"Bahkan jus buah 100% hanyalah kumpulan gula yang didapat dari seluruh buah yang dijus," jelas Schnee.

"Tidak harus ada tambahan gula, atau pemanis buatan, tetapi karena dalam jus tidak ada lagi serat, anak-anak lebih cenderung mengonsumsi terlalu banyak gula alami dari buah."

Schnee juga menyarankan para orangtua untuk melewatkan susu dengan berbagai rasa, soda, dan minuman berkafein - karena dalam minuman tersebut sudah pasti mengandung tambahan gula dan stimulan yang dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak-anak, salah satunya adalah perubahan gula darah.

Jika si kecil termasuk anak yang memiliki alergi susu atau masalah lain dengan susu sapi, berkonsultasilah pada ahli gizi anak yang terdaftar untuk membantu memastikan si kecil tetap mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan.

Baca juga: Kenalkan Makanan yang Tepat sejak Dini agar Anak Tidak Pilih-pilih

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau