Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tanda Masalah Mental pada Anak yang Harus Diwaspadai Selama Pandemi

Kompas.com, 2 Mei 2020, 21:32 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang mengharuskan semua orang beraktivitas di rumah, membuat para orangtua berusaha menyeimbangkan pekerjaan, mengasuh anak, bahkan sekolah di rumah.

Namun, penyesuaian diri dengan rutinitas baru ini rupanya bukan hanya menjadi tekanan untuk para orangtua, karena anak-anak juga merasakannya.

Karen Gross, penyedia pertolongan pertama psikologis mengatakan, Covid-19 dan anjuran untuk tinggal di rumah menyebabkan gejala trauma pada anak-anak.

Baca juga: Mengatur Jadwal Kegiatan Anak Selama di Rumah Saja

Gejala itu seperti disregulasi, yaitu ledakan kemarahan, permusuhan, melempar, dan berteriak.

Namun, ada pula tanda-tanda masalah kesehatan mental yang lebih halus.

Para ahli, termasuk konselor, terapis, dan dokter, menyebut apa yang harus diperhatikan orang tua dengan perilaku anak-anak mereka selama masa karantina.

Berikut adalah tujuh tanda anak mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah kesehatan mental.

1. Sulit konsentrasi

"Kita mungkin mendapati anak-anak memiliki rentang perhatian yang sangat singkat untuk hal-hal yang biasanya dilakukan di lingkungan sekolah mereka, yang menawarkan lebih banyak rangsangan."

Begitu kata Shae Vian, psikolog terdaftar dan pendiri Learndojo, seperti dilansir dari Insider.

"Cobalah membuat anak kita mengekspresikan perasaan mereka, dan mengajukan pertanyaan kepada kita tentang hal-hal yang mengganggu mereka," kata Carole Lieberman, psikiater.

"Buat mereka terlibat dalam seni dan kerajinan, bermain permainan papan atau menari bersama keluarga akan menyenangkan bagi mereka."

2. Perubahan perilaku

Meskipun tidak tampak jelas, cobalah menyadari sesuatu yang tidak biasa.

"Beberapa tanda yang harus diperhatikan pada anak-anak di usia yang lebih kecil akan sama samarnya seperti merekapada anak-anak yang lebih tenang, daripada tanda-tanda pada anak yang terlihat jelas adanya peningkatan kemarahan atau penolakan."

Demikian kata penasihat kesehatan mental berlisensi, Jennifer Daffon.

"Orangtua mungkin melihat anak-anak mereka mengalami toleransi frustrasi yang rendah, meningkatnya konflik dengan saudara kandung, dan perubahan suasana hati yang lebih besar."

"Menolak menyelesaikan kegiatan akademik juga menjadi sesuatu yang umum, karena beberapa anak memang tidak nyaman dengan pembelajaran jarak jauh dengan orangtua yang mengambil peran layaknya guru di sekolah."

Baca juga: Anak Juga Bisa Stres, Simak Gejalanya

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau