"Pada awal-awal pandemi masker menjadi salah satu benda yang sangat langka, dari situ kami berinisiatif menggerakan murid sekolah luar biasa beserta guru untuk membuat masker kain," kata Wendy.
Inisiatif tersebut lantas disambut dengan antusias oleh teman-teman disabilitas, dan dalam kurun waktu tiga bulan, mereka berhasil memproduksi sekitar 500 masker kain.
Masker kain yang mereka buat pun disumbangkan untuk lembaga-lembaga kesehatan.
"Kita sadar, stigma yang berkembang di tengah masyarakat kerap mengatakan orang disabilitas lebih banyak menerima manfaat."
"Tapi, dengan kreativitas membuat masker kain, teman-teman disabilitas bisa memberi manfaat kepada masyarakat," cetus Wendy.
Stigma terhadap disabilitas yang berkembang di masyarakat terjadi karena kurangnya dialog dan interaksi antara teman-teman non-disabilitas dengan teman-teman disabilitas.
"Kami percaya bahwa bertemu dengan orang yang belum dikenal dan berinteraksi dengan mereka adalah pembelajaran hidup dan memberikan pengalaman berharga."
Sehingga program tatap muka secara online melalui aplikasi Zoom menjadi salah satu solusi.
"Kami membuat program 'Kata Kita' yang isinya adalah mempertemukan satu orang disabilitas dengan satu orang non-disabilitas."
Baca juga: Mendobrak Stigma Disabilitas di Hari Perempuan Internasional
"Di situ mereka saling bertukar pertanyaan yang ada di kartu dan saling menjawab," kata Wendy.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.