Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajarkan Empati pada Anak Berpengaruh pada Kecerdasan Emosional

Kompas.com, 24 September 2021, 08:23 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Moms

KOMPAS.com – Mengajarkan anak-anak agar memiliki sikap empati merupakan bekal yang penting bagi mereka sebagai makhluk sosial.

Tak seperti kebutuhan fisik, terkadang kebutuhan emosional dan kedewasaan emosional kerap dilupakan oleh orangtua dalam membesarkan anak. Jika menyangkut kebutuhan fisik, orangtua pasti akan memberi respons cepat.

Memang, kebutuhan emosional sedikit sulit untuk ditangani. Namun, orangtua bisa membiasakannya.

Nah, salah satu hal yang diperlukan anak untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya adalah rasa empati.

Empati adalah kemampuan untuk mehamami emosi yang dirasakan orang lain. Kata empati dapat memiliki berbagai definisi, tapi definisi utamanya adalah dapat membayangkan apa yang orang lain rasakan atau pikirkan, dan kita harus meresponsnya dengan pengertian.

Baca juga: Perhatikan 3 Hal Ini Saat Menumbuhkan Rasa Empati Pada Anak

Untuk mengajari anak pentingnya empati, orangtua perlu memahami perasaan dan perilaku anak terlebih dahulu. Lalu, bantulah anak agar mereka paham bagaimana cara mengekspresikannya.

Jika anak tumbuh dengan rasa empati, ia akan menjadi orang dewasa yang dapat bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat berbeda. Ini adalah hal yang penting karena manusia diciptakan beragam. 

Cara termudah mengajarkan anak tentang empati adalah saat anak menangis.

Saat anak meltdown atau menangis, mereka akan merasa kesal. Perasaan kesal ini terjadi karena suatu alasan. Namun, terkadang saat orangtua mendapati anaknya "cengeng" mereka selalu fokus untuk menghentikannya, tanpa mempedulikan alasan di balik perasaan anak.

Orangtua harus tetap tenang dan tidak terlalu memberi reaksi hingga anak merasa lega.

Baca juga: Anak Remaja Meltdown, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Jadi, biarkan anak meluapkan perasaannya, biarkan mereka menangis, dan biarkan mereka marah.

Tentu, orangtua tidak boleh membiarkan mereka lepas kontrol atau menyakiti orang lain, namun, jangan akhiri ekspresi emosional anak sebelum mereka benar-benar meluapkannya hanya karena lelah mendengarnya.

Lebih baik, gunakan waktu itu untuk memikirkan apa yang perlu dikatakan atau membayangkan apa yang dirasakan anak saat itu.

Bahkan, sebuah artikel di CNBC yang menjelaskan pentingnya empati dalam membesarkan anak, mengatakan bahwa “anak akan mendengarkan lebih baik jika mereka didengar.”

Ingat, anak ingin ia dimengerti. Mereka ingin menunjukkan apa yang mereka rasakan, dan ingin agar orangtuanya tahu apa yang ia rasakan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau