Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sexual Aversion Disorder, Gangguan Hilangnya Hasrat Seksual

Kompas.com, 8 Oktober 2021, 06:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

• Sebanyak sembilan persen pasien melaporkan menghindari seks demi memenuhi kriteria gangguan panik.

• 25 persen wanita yang melaporkan menghindari seks dan memiliki fobia seks juga mengalami gangguan panik.

• 25 persen lainnya yang memiliki fobia dan penghindaran dalam hal seks mengalami gejala lain yang berhubungan dengan gangguan panik, tetapi tidak memenuhi kriteria penuh.

Kaplan berpendapat, orang dengan sexual aversion disorder sangat rentan untuk mengembangkan gangguan panik, karena memiliki karakteristik kecemasan akan perpisahan.

Mereka juga memiliki sensitivitas penolakan, dan reaksi berlebihan terhadap kritik dari orang yang dicintai.

Baca juga: Agar Hasrat Seksual Terus Menyala Sampai Tua

Dia juga mengungkapkan, gangguan ini tidak harus diklasifikasikan sebagai fobia atau disfungsi seksual.

Kemudian, -seperti yang sudah disebut di atas- para psikolog mencatat gangguan ini ditandai dengan rasa jijik pada gagasan seks. Sedangkan fobia, diklasifikasikan sebagai ketakutan.

Jenis-jenisnya

Lifelong: Ini adalah saat seseorang mengalami keengganan seksual tidak peduli apa hubungan mereka atau dengan siapa mereka berhubungan.

Acquired: Ini dapat merujuk pada seseorang yang mengalami gangguan keengganan seksual sebagai respons terhadap hubungan tertentu.

Namun, ketika orang ini berada di luar hubungan khusus, mereka dapat berfungsi secara normal.

Penyebabnya

Sexual aversion disorder sering kali terjadi pada wanita dengan riwayat trauma seksual (posttraumatic stress disorder-PTSD) seperti pemerkosaan, inses, dan penganiayaan.

Gangguan ini juga kerap terjadi pada wanita yang menunjukkan tanda-tanda PTSD.

Namun, sangat sedikit yang diketahui tentang prevalensi gangguan ini pada pria daripada wanita.

Gangguan ini dapat disebabkan karena penurunan hormon seks seperti estrogen dan androgen adrenal atau akibat dari peningkatan stres.

Tingkat kecemasan yang meningkat juga bisa menjadi lebih umum karena riwayat genetik dan sering muncul pada mereka yang mengalami gangguan panik.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau