Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Mahendradatta dari Abad IX dalam Koleksi Busana Nina Septiana

Kompas.com, 19 Maret 2022, 07:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejarah sebenarnya menjadi bagian yang tidak mungkin terpisahkan dari kehidupan.

Termasuk dalam hal mencari ide, sejarah merupakan sumber inspirasi yang sangat kaya.

Dengan melihat sejarah, kita sebagai generasi muda ditantang untuk mengembangkan sesuatu yang baru, seperti yang dilakukan desainer Nina Septiana dan Filolog, Sinta Ridwan.

Keduanya berkolaborasi untuk menampilkan sejarah Mahendradatta, yang merupakan sosok perempuan berpengaruh di Bali dari abad IX, dan dituangkan dalam karya busana bertajuk 'Herstori'.

Baca juga: Koleksi Busana dari Linen dan Pemberdayaan Perempuan Rusunawa

"Kami mengangkat sosok Mahendradatta sebagai series di chapter pertama ini karena keberdayaannya sebagai perempuan tidak perlu dipertanyakan lagi."

Demikian ungkap Nina Septiana, dalam konferensi pers Esensia x Sinta Ridwan di Taman Arca, Museum Nasional, Jakarta.

Sejumlah karya fesyen yang terinspirasi dari peninggalan sosok Mahendradatta diangkat ke dalam motif, bordir, dan sablon yang diaplikasikan pada busana ready to wear yang lekat dengan perempuan masa kini.

Koleksi tersebut berupa hoodie, jaket, hijab, kaus, sweater, outer, hingga beberapa jenis busana kasual lain yang memiliki motif yang terinspirasi dari peninggalan Mahendradatta.

Desainer Nina Septiana dalam konferensi pers HerstoriDinno/Kompas.com Desainer Nina Septiana dalam konferensi pers Herstori
Peninggalan tersebut ditemukan pada motif yang ada di arca durga, aksara di candi, di petirtaan Jalatunda hingga sejumlah prasasti di Jawa Timur dan Bali.

"Tantangannya kami harus napak tilas dari Mojokerto, Bali sampai nanjak gunung juga untuk menelusuri jejak peninggalan Mahendradatta," imbuh Nina.

Pada kesempatan yang sama, Sinta Ridwan pun mengatakan, beberapa motif yang dituangkan tersebut memiliki makna tersendiri.

Misalnya pada motif aksara gempeng yang bermakna melebur. Kemudian ada bahasa Sansekerta yang menunjukkan angka 998 sebagai tahun masehi.

Kemudian motif tirta yang melambangkan air, serta penggunaan warna-warna seperti abu-abu, hitam, merah, dan putih.

"Kami juga menemukan warna dominan dalam tradisi dan budaya di Jawa Bagian Timur dan Bali."

Demikian kata Sinta Ridwan, seorang Filolog dan mahasiswi S3 Arkeolog di Universitas Indonesia.

Lebih dekat dengan Herstori, dalam momen ini digelar juga sebuah trunk show koleksi tersebut yang dibawakan oleh 12 mahasiswi dari 11 kampus terkemuka di Jakarta.

Mereka adalah para duta kampus yang diharapkan akan menjadi pemantik agar keberadaan perempuan di masa lalu menjadi inspirasi bagi gaya berbusana anak muda.

Herstori merupakan bagian dari gerakan #akuberdaya yang digagas oleh Nina pada 24 September 2021.

Melalui gerakan tersebut, Nina Septiana berharap para generasi muda khususnya pada perempuan agar tergugah kesadaran dan kecintaan generasi pada sejarah.

"Nantinya di tahun 2022 akan diangkat pula sejarah dan 12 tokoh perempuan dari abad VII hingga XV," papar Nina.

Baca juga: Wayang Orang Asal Tanah Jawa: Sejarah, Pencipta, dan Makna

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau