Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Ibu Bunuh Anak di Brebes, Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kompas.com - 22/03/2022, 05:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Kasus ibu yang membunuh anak kandungnya di Brebes memicu keprihatinan publik.

Satu anak meninggal dunia karena luka senjata tajam di lehernya, sedangkan dua lainnya dirawat di rumah sakit.

Peristiwa penganiayaan itu terasa semakin menyayat hati karena pengakuan pelaku soal motif tindakannya itu.

Wanita berusia 35 tahun itu mengaku tak ingin anaknya sedih dan menderita di dunia, seperti yang dialaminya, sehingga lebih baik dihilangkan nyawanya.

Kasus ibu bunuh anak di Brebes, potret pentingnya jaga kesehatan mental

Lucia Peppy Novianti, M. Psi, pakar psikologi forensik, menyatakan kasus ini benar-benar membuat dirinya, seperti banyak orang lainnya, tertegun dan speechless.

"Bahwa sampai ada seseorang yang punya pemikiran cara untuk menyelamatkan dengan melakukan tindakan yang penuh kekerasan pada anaknya sendiri," katanya kepada Kompas.com, Senin (21/03/2022).

Namun peristiwa tragis ini sekaligus sebagai gambaran akan persoalan kesehatan mental di masyarakat yang seringkali minim perhatian.

Baca juga: 4 Dampak Buruk Perselingkuhan bagi Kesehatan Mental

Lucia mengatakan, masalah kesehatan mental bukan hanya terkait suatu tindakan yang di luar nalar, seperti tindakan penganiayaan di Brebes ini, namun juga kehidupan sehari-hari.

Seseorang dengan persoalan kesehatan mental seseorang bisa saja dalam kondisi mild atau ringan sehingga tetap bisa berfungsi sehari-hari.

"Namun kalau dibiarkan tidak dikelola maka bisa jadi lebih serius, menimbulkan persoalan, ketidakberfungsian, atau perkara yang lebih luas," jelasnya.

Persoalan kesehatan mental, seperti yang dialami para ibu, juga berkaitan dengan berbagai urusan kehidupan sosial, aspek lain sehingga multidimensional.

Maka ia menilai penting untuk melihat kasus ini dalam perspektif yang lebih luas, termasuk soal daya dukung sosial, tekanan kehidupan sehari-hari, seperti faktor ekonomi, sosial, dll.

Baca juga: Pahami, Manfaat Me Time untuk Kesehatan Mental

Mengenali gangguan kesehatan mental pada sosok ibu

Ilustrasi konsultasi kesehatan mental. Konsultasi gangguan kesehatan jiwa kepada psikolog klinis tidak berarti dianggap orang gila.SHUTTERSTOCK/ESB Professional Ilustrasi konsultasi kesehatan mental. Konsultasi gangguan kesehatan jiwa kepada psikolog klinis tidak berarti dianggap orang gila.
Pelaku penganiyaan di Brebes diduga mengalami gangguan jiwa sehingga melakukan hal yang di luar nalar orang biasa.

Lucia berpendapat, tidak adil untuk menilai apakah pelaku dalam kondisi depresi atau mengalami gangguan kesehatan mental hanya berdasarkan pengamatan belaka.

Apalagi jika sumbernya hanya kondisi saat penangkapan oleh petugas kepolisian, video amatir yang beredar atau pendapat para tetangganya.

"Ketika kejadian, perilaku itu menandakan perilaku yang tidak biasa, faktanya demikian, tapi yang bersangkutan mengalami depresi, tidak bisa langsung menyatakan tandanya dari amatan itu," katanya.

Baca juga: Cara Membantu Pasangan dengan Masalah Kesehatan Mental

Akan tetapi, secara umum kita bisa mengenali adanya masalah kesehatan mental pada orang di sekitar kita apabila terjadi perubahan pada kesehariannya.

Walaupun tidak selalu mengalami depresi, perilaku yang menunjukkan perbedaan, apalagi secara ekstrem dari biasanya, menandakan adanya sesuatu yang terpendam.

Bentuknya bisa kekecewaan, kesedihan atau berbagai emosi negatif lainnya, jelas Lucia.

Jika kondisinya lebih serius, sebetulnya perubahannya bisa jauh lebih kentara dan mudah dikenali.

Sayangnya, dalam banyak kasus, seringkali orang di sekitarnya tidak bisa mengenali kecuali betul-betul peduli dan mengamati.

Baca juga: 12 Cara Menghilangkan Stres, Demi Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Untuk mencegah kasus serupa terjadi di sekitar kita dan meningkatkan kepedulian akan kesehatan mental, Lucia menyarankan kita agar lebih peduli pada sekitar.

Misalnya dengan menyediakan diri menyapa atau menanyakan kabar jika merasakan ada perubahan pada orang di lingkungan sosial kita.

"Ini bisa bantu dia merasakan bahwa ada orang di sekitarnya yang peduli, itu akan memberi kekuatan pada yang bersangkutan," jelas psikolog jebolan Universitas Gadjah Mada ini.

Meskipun skala dukungannya cenderung kecil dan tidak terlalu signifikan dalam mengantasi persoalan kesehatan mentalnya, langkah ini menjadi sebuah dukungan sosial yang berkontribusi secara positif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com