KOMPAS.com - Belakangan ini nama KAWS sedang disebut-sebut di Indonesia. Pasalnya seniman asal Amerika Serikat, yang bernama asli Brian Donnely ini memajang karyanya berupa boneka raksasa berukuran 45 meter di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta.
Pameran bertajuk KAWS: Holiday yang dihadirkan mulai 19 Agustus 2023 hingga 31 Agustus 2023 ini merupakan bagian dari rangkaian tur yang dimulai tahun 2018, dan telah memamerkan karya berukuran raksasa di Seoul, Taipei, Hong Kong, Tokyo, Bristol, Singapura, Gunung Changbai, Melbourne, sampai diluncurkan ke stratosfer di angkasa.
Di pelataran Candi Prambanan ini Donelly bersama dengan kolaborator dan penyelenggaranya, AllRightReserved dan AKG Entertainment, menampilan boneka raksasa berwarna merah muda yang dinamai dengan “Accomplice”.
Baca juga: Patung Raksasa KAWS Bakal Mampir ke Candi Prambanan, Catat Jadwalnya
Namun meski nama KAWS populer di kalangan anak muda, masih banyak yang bertanya-tanya, siapakah sebenarnya dia?
Sebelum meraih kesuksesannya sebagai seorang seniman, ia bekerja sebagai pelukis background di berbagai animasi seperti Disney’s 101 Dalmations, dan pertunjukkan Daria and Doug.
Sejak berusia muda, Donelly telah dikenal karena suka mencoreti bangunan di New Jersey dan Manhattan dengan tulisan ‘KAWS’, sebuah tanda yang Iia pilih karena ia suka rupa huruf-huruf tersebut ketika disatukan.
Meski begitu, ia kemudian mengubah tanda sederhana ini dengan mengembangkan sebuah gaya unik seperti menambahkan figur-figur kartun pada corat-coretnya.
Belakangan ia mereplikasi karya-karya ini dalam berbagai poster, termasuk "plesetan" iklan Calvin Klein yang menampilkan Christy Turlington sedang dipeluk oleh sosok berwarna hijau, yang merupakan versi awal dari figur yang kini sangat terkenal.
Karyanya di seni graffiti membuat KAWS dikenal oleh beragam audiens, termasuk mereka yang tidak berkecimpung dalam dunia seni.
Tidak seperti kebanyakan seniman, KAWS tidak memulai karirnya dengan sebuah galeri; ia justru sepenuhnya sadar akan keuntungan memamerkan karyanya di jalanan dan menciptakan karya-karya dalam jumlah besar agar menjadi terkenal. Penggemarnya pun menjadi banyak hingga menarik perhatian para kolektor dan kritikus.
Bicara soal awal karisnya sebagai seniman graffiti, Donelly pernah mengatakan ‘Ketika saya menggambar graffiti, pikiran saya adalah “Saya hanya ingin exist.” Saya ingin exist lewat bahasa visual ini… Tidak ada artinya membuat lukisan bila saya tidak bisa menjangkau orang-orang.’
Pada 1999, KAWS mengunjungi Jepang setelah didekati oleh Bounty Hunter, sebuah merek boneka dan streetwear ternama. Ia kemudian membuat mainan pertamanya, ‘COMPANION’.
Diproduksi sebanyak 500 buah, boneka tersebut langsung habis terjual, dan COMPANION menjadi figur yang muncul secara berkala di karya KAWS.