Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Fatherless, Pentingnya Jaga Keharmonisan Hubungan dengan Istri

Kompas.com, 18 November 2024, 22:25 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga menjadi tempat pertama anak belajar dan mengenal banyak hal. Bahkan pembentukan karakter anak dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga.

Inilah mengapa, ayah dan ibu harus sama-sama berperan dalam pengasuhan anak. Namun masih banyak keluarga, yang lebih mengandalkan peran ibu dalam pengasuhan. Dampaknya, muncul fenomena fatherless.

Salah satu penyebab fatherless, karena sang ayah tidak hadir ke dalam jiwa sang anak. Sehingga pemahaman soal keayahan pada anak menjadi kurang.

Baca juga: Kurang Matangnya Maskulinitas Jadi Faktor Pemicu Fatherless, Mengapa?

Padahal, menurut Founder Fatherman sekaligus praktisi parenting Islamic Ustadz Bendri, anak-anak harus dibekali gambaran sosok ayah yang baik sejak kecil.

Hal tersebut akan mengajarkan anak untuk memahami nilai kehidupan dan cara berperilaku yang baik.

“Perempuan harus memiliki preferensi sosok ayah atau laki-laki yang baik dulu. Kalau asal ingin yang baik, tapi tidak paham laki-laki baik itu seperti apa, itu berat,” jelas Bendri dalam Podcast Kompas Lifestyle, Ruang Keluarga yang bertajuk ‘Fatherless Bikin Anak Mudah Jatuh Cinta pada Orang yang Salah’, Rabu (13/11/2024).

Ia menilai, seorang laki-laki harus menjadi suami yang baik agar dapat menjadi ayah yang baik pula untuk anak-anaknya.

Anak merupakan peniru ulung kedua orangtuanya, sehingga mereka akan memperhatikan perilaku ayah dan ibunya dan akan menerapkannya di kemudian hari.

Untuk itu, ia mengimbau, sangat penting bagi para suami menjaga keharmonisan hubungan dengan istri.

Pasalnya, ketika suami harus jauh bekerja dari rumah, sehingga tak punya banyak waktu untuk anak, maka istri yang akan membantu menceritakan hal-hal baik pada anak tentang ayah mereka.

Dengan begitu, anak-anak bisa terhindari dari fatherless dan akan merasakan pancaran kebahagiaan dari kedua orangtuanya.

Baca juga: Kondisi Fatherless Picu Anak Laki-laki Lakukan Tindak Kejahatan, Kenapa?

“Jadilah ayah yang mampu mengisi jiwa anak, dimulai dengan memperbaiki hubungan dengan pasangan. Inilah kunci dalam memperbaiki fenomena fatherless,” tutur Bendri.

“Sosok ayah yang memahami kondisi perasaan dan membahagiakan istri. Hal ini akan dicontoh dan masuk ke jiwa sang anak,” tambah dia.

Ketika suami memuliakan dan membahagiakan istrinya, maka sang istri akan dengan tulus menceritakan kebaikan ayahnya di depan anak-anaknya.

Hal ini yang diterjemahkan di benak anak sebagai gambaran konsep keayahan yang akan dia pegang sampai dewasa.

“Biarkanlah istri yang yang akan men-support keayahan dengan menceritakan kebaikan sang ayah berdasarkan apa yang ia rasakan. Hal inilah yang akan jadi jejak keayahan yang diterjemahkan oleh anak,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau