Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Tidak hanya informasi, konten seperti musik, video, atau gambar juga dapat memengaruhi perilaku anak secara drastis.
Contoh kasusnya adalah seorang anak yang terpapar lagu-lagu dengan narasi kekerasan dan simbol-simbol gelap, yang akhirnya mengalami gangguan psikotik.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Remaja Bunuh Ayah dan Nenek, Apa Stres Belajar Bisa Timbulkan Perilaku Agresif?
“Tadinya anak itu manis, tetapi setelah sering mendengar lagu-lagu seperti itu perilakunya jadi kebalikan,” ungkap Ratih.
Paparan konten negatif juga bisa membuat anak memiliki pandangan ekstrem yang tidak baik.
"Dulu ada pasien saya yang tidak mau mandi. Karena buat dia, mandi itu adalah indoktrinasi kapitalisme," tuturnya.
Penggunaan media sosial memberikan akses yang luas untuk anak-anak berhubungan dengan orang lain.
Sehingga, bisa menjadi pintu masuk bagi kejahatan seperti pedofilia, child grooming, dan perdagangan manusia.
"Itu juga membuat anak-anak rentan Jadi mangsa pedofilia, trafficking juga kan pasti gerbangnya lewat sosial media banyaknya," kata Ratih.
Anak-anak yang aktif di media sosial tanpa pengawasan menjadi target yang mudah bagi pelaku kejahatan.
Baca juga: Waspada, Media Sosial Bisa Jadi Gerbang Masuknya Child Grooming
Selain itu, konten pornografi dapat dengan mudah diakses, bahkan oleh anak-anak usia dini, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis mereka.
"Tidak sesederhana konsep yang kita pikir "Ah ini baik". Ini (penggunaaan media sosial) adalah pedang bermata banyak banget," tutup Ratih menegaskan banyaknya dampak buruk penggunaan medos bagi anak.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang