Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 dari 10 Ibu Menyusui Tidak Bahagia, Kurang Dukungan Suami

Kompas.com, 22 Desember 2024, 07:08 WIB
Silmi Nurul Utami,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Periode menyusui seharusnya menjadi momen berharga bagi seorang ibu untuk membangun ikatan dengan anaknya. 

Namun, penelitian dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkapkan fakta mengejutkan, yaitu enam dari 10 ibu menyusui di Indonesia merasa tidak bahagia.

Menurut pendiri Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, ketidakbahagiaan ketika menyussui menjadi salah satu hal yang mendasari para ibu di Indonesia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mental. 

"Kenapa kemudian ibu-ibu mau memanfaatkan momentum memeriksaan kesehatan mentalnya? Karena termasuk kontributornya atau banyaknya itu datang dari ibu-ibu yang dalam periode menyusui," ujarnya dalam Podcast Kompas Lifestyle, Ruang keluarga yang bertajuk Banyak Ibu Rumah Tangga Alami Masalah Jiwa yang tayang Minggu (22/12/2024).

Baca juga:

Peran suami cegah masalah kesehatan jiwa ibu menyusui

Ketidakbahagiaan ini bukan hanya dialami selama enam bulan pertama menyusui, tetapi juga oleh ibu yang berusaha memberikan ASI eksklusif hingga dua tahun.

Salah satu penyebab utama ketidakbahagiaan ini adalah kurangnya dukungan dari suami.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu merasa menjalani masa menyusui seorang diri tanpa adanya dukungan emosional maupun fisik dari pasangan. 

"Jadi, enam hingga delapan ibu Indonesia yang tidak bahagia selama menyusui, sesimpel mereka nggak merasa mendapatkan dukungan dari suami," ungkap Ray. 

Banyak suami yang beranggapan bahwa tugas mereka hanya mencari nafkah, sementara pengasuhan anak dan urusan rumah tangga sepenuhnya menjadi tanggung jawab ibu. 

Padahal, peran ayah dalam parenting sangat penting, serta merupakan tugas bersama yang membutuhkan kesetaraan antara ayah dan ibu. 

"Fungsi parenting, fungsi pola asuh, itu bukan domain eksklusif ibu. Ayah juga, dong," tegas Ray. 

Baca juga:

Ketika ayah tidak terlibat, ibu seringkali merasa terbebani dan terisolasi dalam menjalankan perannya.

Padahal, menyusui bukan sekadar memberikan susu kepada anak, tetapi juga melibatkan proses hormonal yang kompleks. 

Hormon prolaktin dan oksitosin, yang bertanggung jawab dalam produksi ASI, sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional ibu. 

"Hormon itu punya mekanisme umpan balik. Hormon akan keluar dengan banyak, kalau hormon kebahagiaan itu juga keluar dengan baik," jelas Ray. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau