Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa PHK Bisa Mengguncang Emosi? Ahli Jelaskan Sebabnya

Kompas.com, 2 Mei 2025, 21:45 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ketika mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), emosional seseorang bakal terguncang.

Saat perasaan yang sedang campur aduk dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini dapat menuju gejala depresi.

Namun, mengapa PHK memengaruhi emosional manusia hingga mengguncang emosi seseorang?

Baca juga: Cerita Pritania Kena PHK, Perasaan Campur Aduk karena Baru Pindah Rumah

“PHK adalah situasi yang berada di luar kontrol kita. Ini adalah situasi yang tidak diduga,” ujar psikolog klinis dewasa yang berpraktik di Jaga Batin di Bandung, Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi., kepada Kompas.com, Minggu (27/4/2025).

Ketika seseorang terdampak PHK, kemungkinan besar sebelumnya mereka tidak tahu akan hal itu. Pasalnya, cukup jarang bagi sebuah perusahaan untuk mengumumkan siapa saja yang terdampak.

Oleh karena itu, ada karyawan yang tidak mempersiapkan apapun secara finansial atau lowongan pekerjaan baru. Sebab, mereka tidak menyangkan akan menjadi korban PHK.

“Ibaratnya kayak kecelakaan. Kita enggak pernah tahu kapan bakal kecelakaan, enggak ada yang tahu hari sialnya. Jadi, karena kita enggak menyangka, kita enggak bersiap baik secara emosional maupun finansial,” kata dia.

Alhasil, ketika terkena PHK, respons yang keluar bukanlah respons logis seperti langsung mencari pekerjaan baru, tetapi respons emosional seperti cemas, sedih, dan/atau marah.

Sebab, sebelumnya tidak pernah terpikirkan untuk menyimpan uang sebagai uang darurat dan menyimpan lowongan pekerjaan untuk dilamar jika kena PHK.

“Beda kasusnya dengan beberapa perusahaan yang (menginformasikan) mau ada lay off. Karyawan yang sudah tahu paling tidak sudah bersiap-siap cari lowongan pekerjaan, atau ngumpulin uang,” terang Adelia.

Baca juga: Cara Mengelola Emosi Usai Kena PHK, Terima dan Ekspresikan

Bergantung dengan pekerjaan

Tidak semua karyawan memiliki waktu untuk memiliki pekerjaan sampingan. Alhasil, pekerjaan yang saat ini dimiliki adalah satu-satunya sumber pendapatan mereka.

Adelia mengatakan, ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan emosional korban PHK terguncang.

Selain karena sudah cukup lama di pekerjaan tersebut, mereka juga sudah merasa nyaman.

Dua faktor ini membuat mereka tidak terpkirkan untuk mencari pekerjaan sampingan maupun menyimpan lowongan pekerjaan.

“Ketika tiba-tiba tanpa disangka kena PHK, tentunya bisa mengguncang emosionalnya. Enggak sempat karena sibuk bekerja. Enggak tahu kapan harus cari kerja karena sudah merasa aman. Ketika PHK terjadi dan tidak ada persiapan, bisa terguncang,” pungkas Adelia.

Baca juga: Cerita Eks Karyawan Startup Kena PHK Dua Kali, Kaget dan Ragu dengan Value Diri

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau