Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Stres Bikin Rambut Cepat Beruban? Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com, 22 Juli 2025, 19:30 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Banyak orang mengaitkan stres dengan kemunculan uban lebih awal.

Namun, benarkah kondisi stress bisa membuat rambut cepat berubah warna menjadi putih atau abu-abu?

Benarkah stres bikin rambut beruban?

Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika dr. Akbar Pratama, Sp.DVE menjelaskan, kondisi stres kronis jadi salah satu faktor yang bisa mempercepat pertumbuhan uban.

Baca juga: Nadya Hutagalung Pamer Rambut Beruban, Kapan Uban Mulai Muncul secara Alami?

“Stres yang lama dapat berkontribusi pada munculnya uban lebih cepat. Namun, mekanismenya itu sebenarnya tidak sesederhana itu. Jadi tidak berhubungan langsung,” ujar Akbar saat ditemui Kompas.com, Jumat (18/7/2025).

Hubungan antara stres dengan pertumbuhan uban memang tidak berdampak langsung. Akan tetapi, bisa berpengaruh dalam jangka waktu yang panjang. 

Lebih lanjut, ia menekankan, proses ini melibatkan banyak tahapan kompleks, tidak semata-mata dipicu oleh stres.

“Dalam penelitian-penelitian pun, faktornya menunjukkan proses yang panjang. Jadi walaupun berpengaruh, tetapi sebenarnya presentasi kemungkinan stres sebagai faktor risiko sangat kecil,” jelasnya.

Hal ini berarti, ada faktor-faktor lainnya yang turut berkontribusi dan saling berkaitan dalam jangka panjang.

Genetik tetap jadi penyebab utama rambut beruban

Selain itu, Akbar menyampaikan, penyebab paling dominan dari munculnya uban tetaplah faktor genetik. 

Setiap orang memiliki siklus alami dalam tubuhnya yang menentukan kapan sel melanosit di folikel rambut berhenti memproduksi melanin, zat pemberi warna rambut.

“Kemunculannya balik lagi ke faktor genetik yang tetap memegang peran utama. Jadi stres bukan satu-satunya penyebab, tetapi bisa mempercepat proses yang sudah diprogram secara genetik,” jelas dia.

Itu sebabnya, meskipun dua orang mengalami stres dalam kadar yang sama, hasilnya bisa berbeda. 

Baca juga: Rambut Beruban seperti Nadya Hutagalung, Bisakah Kembali Menghitam?

Seseorang dengan riwayat genetik uban dini bisa lebih cepat menunjukkan tanda-tanda penuaan rambut dibandingkan orang yang tidak memiliki faktor genetik tersebut.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau