Penulis
KOMPAS.com – Pernah merasa gelisah ketika pasangan tak kunjung membalas pesan, atau takut hubungan akan berakhir tanpa alasan jelas?
Fenomena ini kerap disebut sebagai anxious attachment atau gaya keterikatan cemas.
"Orang yang memiliki keterikatan cemas haus akan koneksi dan juga akan khawatir akan keandalannya. Mereka cenderung memperkuat sinyal emosional saat mencari bukti respons orang lain terhadap mereka," kata psikolog klinis dari New York, Sabrina Romanoff, PsyD, dikutip dari Verwell Mind, Selasa (7/10/2025).
Istilah ini berasal dari teori attachment yang dikembangkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth.
Gaya keterikatan menggambarkan bagaimana seseorang membentuk dan menjaga hubungan emosional dengan orang lain.
Dalam anxious attachment, seseorang cenderung merasa tidak aman, takut ditolak, dan membutuhkan kepastian terus-menerus dari pasangan.
Melansir dari Verwell Health, orang dengan anxious attachment biasanya sensitif terhadap tanda-tanda penolakan dan lebih cepat merasa cemas jika hubungan tampak berubah.
Baca juga: Ingin Punya Hubungan Sehat? Penjelasan Psikolog Soal Attachment Style
Pola ini juga kerap disebut terbentuk sejak masa kanak-kanak, ketika hubungan dengan pengasuh utama tidak konsisten.
Kadang anak mendapat kasih sayang penuh, tapi di waktu lain diabaikan.
Ketidakpastian itu membuat anak tumbuh dengan kebutuhan tinggi akan kepastian emosional.
Pengalaman emosional negatif di masa kecil juga disebut dapat memengaruhi pola keterikatan di usia dewasa, termasuk munculnya rasa takut ditolak (rejection sensitivity) dan ketergantungan emosional.
Baca juga: Rahasia Kecil Bikin Hubungan Awet Romantis, Ini 5 Bocorannya
Dalam hubungan romantis, anxious attachment bisa muncul dalam berbagai bentuk, antara lain:
Individu dengan gaya keterikatan cemas juga disebut lebih rentan mengalami konflik dan ketidakpuasan dalam hubungan.
Baca juga: Mengenal Avoidant Attachment, Gaya Keterikatan yang Cenderung Menjaga Jarak
Rasa takut ditinggalkan membuat seseorang sulit menikmati keintiman secara tenang.
Ia bisa menjadi terlalu bergantung pada pasangan atau mencari validasi berulang kali.