Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Relaksasi untuk Tubuh dan Pikiran, Begini Penjelasan Psikiater

Kompas.com, 26 Oktober 2025, 09:05 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Dalam rutinitas yang padat, tubuh dan pikiran sering kali bekerja tanpa jeda.

Padahal, memberi waktu untuk relaksasi bukan hanya membuat perasaan lebih tenang, tetapi juga penting untuk menjaga kestabilan emosi dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Psikiater dr. Hilda Marsela, Sp.KJ menjelaskan bahwa relaksasi memiliki peran penting dalam membantu tubuh dan otak mengembalikan keseimbangan setelah terpapar stres, tekanan, atau kondisi lingkungan yang tidak menentu, seperti cuaca ekstrem yang sering terjadi belakangan ini.

“Ketika seseorang berlatih relaksasi, misalnya dengan menarik napas dalam dan perlahan, tubuh akan merespons dengan menurunkan ketegangan fisik dan emosi,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2025).

“Latihan napas sederhana saja sudah bisa membuat tubuh lebih tenang dan pikiran lebih terkendali," lanjutnya.

Baca juga: Kenapa Cuaca Hujan Sering Bikin Ngantuk? Ini Penjelasan Psikiater

Manfaat relaksasi untuk tubuh dan pikiran

Relaksasi membantu mendapatkan sense of control

Menurut dr. Hilda, manfaat utama relaksasi dapat membantu mendapatkan sense of control.

"Kalau misalnya kita sudah berhasil memperbaiki nafas kita, secara psikologis, kita akan berhasil mendapatkan sense of control atas diri kita. Kita akan lebih tenang," jelas dr. Hilda.

Dokter Hilda menambahkan, latihan relaksasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui teknik pernapasan 3-3-5, yakni menarik napas selama tiga detik, menahan tiga detik, lalu menghembuskan perlahan selama lima detik.

Teknik ini membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik yang berfungsi menenangkan tubuh. Meski demikian, pola tersebut tidak bersifat kaku.

Prinsip utamanya adalah menjaga agar durasi hembusan napas lebih lama dibandingkan tarikan napas, karena hal ini membantu tubuh merespons dengan lebih tenang.

"Yang penting ada tarik nafas, tahan, dikeluarin. Dan pas exhale itu harus lebih lama dari pada inhale. Ya, itu syarat ya," ujar dr. Hilda.

Baca juga: Ketahui 3 Ciri-ciri Gejala Depresi Menurut Psikiater, Termasuk Selalu Sedih

Berdampak pada keseimbangan hormon dan mood

Lebih jauh, dr. Hilda menjelaskan bahwa relaksasi juga memengaruhi keseimbangan hormon di otak.

Saat tubuh berada dalam kondisi tenang, produksi hormon seperti serotonin, dopamin, dan endorfin akan meningkat.

Ketiga senyawa ini dikenal berperan penting dalam menciptakan perasaan bahagia, nyaman, dan stabil secara emosional.

“Relaksasi yang rutin membantu menormalkan kembali aktivitas hormon-hormon tersebut. Ini sebabnya seseorang bisa merasa lebih tenang dan bersemangat setelah melakukan teknik pernapasan atau meditasi singkat,” ujarnya.

Baca juga: Pengalaman Ikut Sound Bath, Cara Unik Relaksasi Pikiran agar Tidak Stres

Relaksasi bukan sekadar cara menenangkan diri. Psikiater menjelaskan, teknik sederhana ini bisa bantu menurunkan stres.freepik Relaksasi bukan sekadar cara menenangkan diri. Psikiater menjelaskan, teknik sederhana ini bisa bantu menurunkan stres.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau