Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Korban Bullying, Ini Saran Psikolog untuk Orangtua Berkaca dari Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Kompas.com, 12 November 2025, 17:35 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Ledakan di SMAN 72 Jakarta di Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025), bisa jadi peristiwa yang membuka mata publik tentang seriusnya dampak kekerasan dan bullying (perundungan) di sekolah.

Sebab, dilaporkan Kompas.com, Senin (10/11/2025), pelaku diduga termasuk siswa di sekolah tersebut yang menjadi korban bullying dari rekan-rekan satu sekolahnya. 

Baca juga:

Menanggapi peristiwa tersebut, Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi. menjelaskan, peran orangtua sangat penting dalam mencegah dan membantu anak yang mengalami bullying agar tidak menyimpan tekanan emosional berlebihan.

Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua ketika anak menjadi korban bullying.

Ketika anak di-bully, apa yang harus dilakukan orangtua?

1. Bangun komunikasi yang aman dan terbuka

Meity menegaskan, komunikasi yang hangat menjadi kunci utama agar anak berani menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya.

“Orangtua harus hadir secara aktif dalam kehidupan anak dengan membangun komunikasi yang terbuka dan penuh perhatian,” jelas Meity saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (11/11/2025).

“Maka, anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan dan masalah yang dihadapi,” lanjut dia.

Orangtua sebaiknya tidak langsung menghakimi atau memberikan nasihat yang menekan, tetapi mendengarkan dengan empati.

Cara ini membantu anak merasa dihargai dan tidak sendirian menghadapi situasi sulitnya.

Baca juga:

2. Perhatikan perubahan perilaku anak

Kasus ledakan di SMAN 72 membuka mata tentang bahaya bullying. Psikolog bagikan bagaimana sikap orangtua ketika anak dibully. Dok. Unsplash/reddfrancisco Kasus ledakan di SMAN 72 membuka mata tentang bahaya bullying. Psikolog bagikan bagaimana sikap orangtua ketika anak dibully.

Menurut Meity, salah satu cara mengenali anak yang menjadi korban bullying adalah dengan memperhatikan perubahan perilaku atau kebiasaan mereka.

“Perhatikan perubahan perilaku, suasana hati, atau kebiasaan sehari-hari anak. Dengan begitu, orangtua dapat lebih mudah mendeteksi tanda-tanda awal adanya masalah,” katanya.

Misalnya, anak tampak cemas, sulit tidur, malas ke sekolah, atau tiba-tiba menjauh dari pergaulan. Tanda-tanda ini bisa menjadi sinyal bahwa anak sedang menghadapi tekanan emosional akibat bullying.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau