Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Komentar lainnya yang Fatimah terima adalah ia kerap disebut suka meninggalkan anak demi pekerjaannya. Bahkan, ia disebut terlalu ambisius dengan kariernya, sampai tega menggunakan jasa daycare.
“Kemarin-kemarin kan banyak kasus kekerasan dan penelantaran di daycare ya. Langsung ada omongan, ‘Kok bisa sih tega begitu?’,” ucap dia.
Sejauh ini, Fatimah mendapatkan komentar-komentar yang menjatuhkan seperti itu justru dari sesama ibu. Padahal, sesama ibu seharusnya saling memahami.
“Yang selama ini saya rasakan itu, yang sering menyalahkan adalah ibu. Merasa pengasuhan dia lebih bagus, rela berhenti kerja demi anak,” ungkap Fatimah.
“Kami menitipkan anak di daycare dan tetap bekerja kayak seolah-olah kami sangat berdosa. Padahal pasti ada pertimbangan lain,” sambung dia.
Baca juga: Kisah Para Ibu Bekerja Menghadapi Dilema dan Rasa Bersalah Saat Menitipkan Anak ke Daycare
Ada yang menganggap bahwa menitipkan anak di daycare sama dengan menaruh mereka di panti asuhan, hanya karena ketidaktahuan atau misinformasi.
Daycare memiliki beragam aktivitas untuk anak-anak yang dititipkan, begitu pula dengan panti asuhan. Ketidaktahuan ini menimbulkan anggapan bahwa anak di dua tempat itu dibiarkan sebebas mungkin tanpa kegiatan dan pengawasan.
“Mereka pikir anak-anak dibiarin, kayak enggak disuapin, enggak disayang, karena mereka enggak tahu. Mereka enggak tahu anak pulang dari daycare jadi lucu-lucu, wangi, dan rapi,” ucap Fatimah.
Dari semua omongan yang Fatimah terima, ada satu yang cukup menyinggung, yakni kemampuan anak dalam melakukan beberapa hal berkat dititipkan di daycare.
“Saya suka bikin InstaStory tentang milestone anak. Kadang yang suka bikin sedih tuh komentar kayak, ‘Oh pantes ya anaknya pintar, orang daycare-nya mahal’. Padahal kami di rumah juga memberikan stimulasi untuk anak,” tutur dia.
Baca juga: 6 Keuntungan Menitipkan Anak di Daycare, Tertarik?
Saat ini, Fatimah sudah tidak tersulut ketika mendapatkan omongan-omongan tersebut. Sebab, hanya ia dan suaminyalah yang tahu betapa dekatnya Izaad dengan keduanya.
Sementara itu Septi (29), karyawan swasta ini dianggap menyalahi kodratnya sebagai perempuan karena masih bekerja, dan malah menitipkan Kenneth (4) ke daycare.
“Sering banget ada komentar yang membuat saya merasa seolah-olah kurang hadir, ‘Kamu harusnya kan di rumah. Ibu tuh kodratnya di rumah’,” tutur dia, Kamis.
Padahal, kodrat perempuan hanya menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Sementara keharusan perempuan untuk berhenti bekerja setelah menjadi ibu adalah “kodrat” yang terbentuk dari konstruksi budaya.
Septi sendiri hanya menganggap omongan seperti itu sebagai angin belaka. Sebab, ia tidak berkewajiban untuk mengumumkan alasannya tetap bekerja kepada seluruh masyarakat.