Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Terjebak, Ini 4 Cara Menghadapi Teman yang Toxic

Kompas.com, 8 Desember 2025, 14:35 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber PureWow

KOMPAS.com – Tidak semua hubungan pertemanan berjalan sehat. Beberapa di antaranya justru dapat berubah menjadi toxic yang melelahkan secara emosional. 

Psikolog klinis Dr. Golee Abrishami mengingatkan, persahabatan seharusnya memberi ruang untuk tumbuh, bukan membuat kita terkuras. 

“Persahabatan yang positif membantu kamu berkembang, tetapi persahabatan toxic justru menarik kamu ke bawah,” ujarnya, dilansir dari PureWow, Senin (8/12/2025).

Psikolog Dr. Lauren Phillips menambahkan, hubungan pertemanan yang toxic dapat memicu kelelahan emosional. Kondisi ini membuat hubungan terasa berat dan penuh stres. 

Baca juga: Apa Dampak Orangtua yang Toxic Bagi Anak hingga Dewasa?

“Toxic friendship menguras energi, menurunkan toleransi seseorang terhadap frustrasi, dan menciptakan kelelahan empati sehingga seseorang kesulitan merasakan empati lebih jauh untuk temannya,” jelasnya 

Lantas, bagaimana cara menghadapi teman yang toxic tanpa mengorbankan kesehatan mental? Berikut empat langkah yang disarankan para ahli.

4 Cara menghadapi teman yang toxic

1. Sampaikan perasaan kamu dengan tegas

Langkah pertama menghadapi teman yang toxic adalah berani mengkomunikasikan perasaan secara jelas. 

Abrishami menjelaskan, penting untuk memberi tahu teman tersebut mengenai perilaku yang membuat kamu tidak nyaman. 

Baca juga: Ahli Bagikan 6 Cara Menghadapi Keluarga yang Toxic

“Sampaikan bagaimana tindakan mereka membuat kamu merasa dan apa yang bisa mereka lakukan berbeda di masa depan untuk memperbaiki masalah,” katanya.

Cobalah memilih waktu yang tenang dan suasana yang kondusif. Sampaikan contoh perilaku toxic yang terjadi, dampaknya pada kamu, dan apa yang kamu harapkan. 

Jika setelah diberi tahu mereka justru menyerang balik, menyalahkan kamu, atau hanya memberikan janji tanpa perubahan nyata, Abrishami menilai pertemanan itu mungkin tidak layak dipertahankan.

Ilustrasi stres dan kehabisan energi.freepik Ilustrasi stres dan kehabisan energi.

2. Jangan turut terjebak dalam perilaku toxic mereka

Saat teman mulai menunjukkan perilaku toxic seperti bergosip, menjatuhkan orang lain, atau mengajak kamu terlibat drama, jangan ikut larut. 

Phillips mengingatkan, menanggapi perilaku toxic dengan cara yang sama hanya membuat situasi semakin negatif.

Alih-alih menyamai energi mereka, berikan respons netral dan alihkan topik pembicaraan. 

Ketika mereka menyadari bahwa kamu tidak tertarik memperkuat pola toxic tersebut, biasanya mereka akan mengurangi perilaku itu atau mencari tempat lain untuk mencurahkan drama mereka. 

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau