Jakarta, Kompas -
Umar mengatakan, sel punca merupakan sel yang belum terdiferensiasi yang dapat dikembangkan untuk membentuk jaringan dan organ baru. Sel punca selama ini dikhawatirkan untuk pengembangan reproduksi (kloning) manusia.
”Kloning tidak diizinkan di dalam bioetika,” kata Umar.
Umar menjelaskan, terdapat empat prinsip bioetika yang dikembangkan dari Bioetika Kedokteran, yaitu meliputi tidak mudarat (nonmaleficent), berefek penyembuhan (beneficence), menghormati otonomi pasien (autonomy), dan memperlakukan pasien secara adil (justice).
Sementara itu, Arry Harryanto dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, memaparkan perkembangan teknologi aplikasi sel punca dalam pelayanan kesehatan, di antaranya sel punca dapat dikembangkan dari darah yang diambil dari sumsum tulang belakang dan tali pusat bayi.
Menurut Ketua AIPI Sangkot Marzuki, hambatan aplikasi sel punca di Indonesia pada persoalan manajerial, bukan pada keahlian. Singapura dan Australia saat ini sudah mengembangkan bank darah dari tali pusat bayi yang dilahirkan atau dari sumsum tulang belakang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sel punca.
”Di Indonesia belum mampu mengelola manajemen sel punca seperti itu,” kata Sangkot.
Pembicara lain, Hilmi Panigoro dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia dan Erliza Hambali dari Institut Pertanian Bogor menyampaikan materi berkaitan dengan energi terbarukan.
Materi budaya disampaikan oleh ahli sejarah Kota Jakarta, Adolf Heuken, serta Miranda Goeltom yang diagendakan menyampaikan materi revitalisasi kota tua Jakarta.
Sehari sebelumnya, AIPI dan Biro Oktroi Rooseno menyampaikan penghargaan kepada lima peneliti muda dari berbagai bidang.