Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayun Langkah Sepatu Lokal

Kompas.com - 25/04/2012, 10:51 WIB

KOMPAS.com - Pernahkan Anda menghitung ada berapa pasang jumlah sepatu di rumah Anda? Kalau saja setiap orang punya minimal dua pasang, bayangkan berapa banyak sepatu yang dibutuhkan penduduk Indonesia.

Kita perkirakan saja penduduk Indonesia yang memiliki sepatu berjumlah setengahnya dari total sekitar 240 juta orang. Itu saja sudah mencapai angka 120 juta. Kalau kemudian setiap orang punya minimal dua pasang sepatu, jumlah itu akan membengkak lagi.

Itulah setidaknya perkiraan Marga Singgih, Ketua Bidang Pengembangan Pasar Dalam Negeri Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), ketika ditanya tentang gambaran besar kebutuhan dan produksi sepatu di Indonesia.

Jumlah kebutuhan yang cukup besar ini melahirkan banyak pengusaha sepatu. Aprisindo mencatat, saat ini terdapat lebih dari 100 merek nasional meski tidak semuanya diproduksi di negeri sendiri. Selain perusahaan besar, lahir pula industri kecil yang beberapa di antaranya dibuat perempuan-perempuan pencinta sepatu.

Di Jakarta, misalnya, ada La Spina yang mengangkat motif etnik Indonesia milik Liana Gunawan. Ada pula sepatu-sepatu tinggi seperti yang dikenakan selebritas Hollywood dengan label V&N kepunyaan Virry Nainggolan dan Nova Tanjung. Di Bandung, Prugna yang didirikan Dewi Arrum dan Donna Turner juga menghasilkan kreasi sepatu-sepatu modis.

Pada pameran Indonesia Fashion Week 2012, Februari lalu, kesempatan untuk ngobrol dengan Dewi dan Donna di anjungan Prugna sulit didapat karena pengunjung menyesaki anjungan itu sepanjang hari. Para perempuan -kebanyakan berusia muda- itu bukan sekadar berdesakan untuk mengamati produk Prugna. Mereka membeli sepatu-sepatu unik yang dipajang, sebagian lagi memesan berdasarkan model yang ada untuk disesuaikan dengan ukuran kaki mereka. ”Aduh, buat duduk aja enggak sempat,” kata Donna.

Hingga sebulan kemudian, ketika bertemu dengan Donna dan Dewi, keduanya masih sibuk menyiapkan sepatu-sepatu pesanan yang akan dikirimkan kepada pencinta baru Prugna yang antusias itu.

Bisnis sepatu yang mereka rintis pada umumnya didasari pengalaman bertualang mencari sepatu yang dibuat berdasarkan pesanan untuk diri sendiri, seperti yang dialami Liana. ”Ternyata tak mudah mencari tukang yang bisa membuat sepatu yang pas dengan kaki kita,” kata Liana.

”Hobi” mencari tukang sepatu berubah menjadi bisnis ketika Liana menemukan banyak perempuan senasib. Pertengahan 2009, dia mulai menawarkan jasa pembuatan sepatu kepada teman-temannya. Sepatunya sendiri dibuat oleh tukang yang dinilai sudah cocok membuatkan sepatu untuknya.

Tak diduga, nyatanya tak mudah menjalankan bisnis tersebut. Membuat sepatu membutuhkan akurasi yang sangat tinggi. Apalagi, kaki setiap orang tidak sama. ”Beda beberapa milimeter saja dengan ukuran kaki membuat tidak nyaman. Ini berbeda dengan baju yang mudah dirombak saat tidak sesuai ukuran,” kata Liana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com