Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2017, 18:04 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Walau merasa sudah menjaga pola makan, seringkali kita mendapati kenaikan berat badan tetap terjadi. Kondisi ini oleh para ahli nutrisi disebut dengan fenomena lonjakan pola konsumsi yang tidak konsisten atau "naive subject".

"Fenomena Naive subject berhubungan dengan perilaku konsumsi makan yang sudah terpola, tapi pada suatu ketika mendapat asupan pangan dan zat gizi di luar sesuai kebiasaan, yang menimbulkan suatu lonjakan status secara signfinikan," kata Prof. Dr. Nuri Andarwulan dalam acara diskusi "Fenomena Naive Subject Picu Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Berlebih" di Grha Unilever, Tangerang Selatan, Selasa (25/7/2017).

Menurut rekomendasi, orang dewasa membutuhkan asupan kalori harian sebanyak 2.200 kkal yang terbagi menjadi beberapa kali frekuensi makan dengan jenis asupan yang disesuaikan sehingga tercipta pola konsumsi harian.

Namun, pola konsumsi tidak selalu konsisten, misalnya saat merayakan momen tertentu seperti berbuka puasa bersama, momen hari raya, arisan, resepsi pernikahan, hingga penerapan program diet yang kurang terkontrol.

Konsumsi makanan yang melonjak dari biasanya tersebut berkaitan dengan pola konsumsi garam, gula dan lemak (GGL) yang juga akan naik di luar kebutuhan hariannya.

Berdasarkan survei SEAFAST Center (Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan & Pertanian Asia Tenggara) asupan garam dan lemak terbesar masyarakat berasal dari panganan siap saji. Sementara untuk gula paling besar berasal dari makanan olahan.

Kelebihan konsumsi garam, gula, dan lemak dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti ginjal, stroke, diabetes, penyakit jantung, dan kanker.

Nuri mengatakan, penyakit tidak menular muncul pada orang yang mengonsumsi GGL tinggi. Berdasarkan data tahun 2015 Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles penderita penyakit tidak menular di Indonesia mencapai 57 persen melebihi penyakit menular yang mencapai 30 persen dan cedera 13 persen.

Untuk mencegah resiko gizi lebih dan gizi kurang kita wajib disiplin pada asupan kalori harian yang direkomendasikan. "Misal dalam satu piring terdapat makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk pauk serta segelas air mineral," kata Nuri.

Contoh menu pemenuhan gizi seimbang seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Dr. Ir. Hardinsyah berisi 150 gram nasi, 150 gram sayuran, 150 gram buah-buahan, 100 gram tahu/tempe dan 75 gram ikan/ayam.

"Nah, kalau makan di pesta bisa memilih buah-buahan untuk menyiasati tidak banyak makan berat seperti nasi dan lauk-pauk lain," kata Hardinsyah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com