Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepian Bisa Membuat Fungsi Otak Seseorang Berkurang, Benarkah?

Kompas.com, 19 Maret 2018, 10:29 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hubungan sosial menjadi hal penting bagi kesehatan emosional dan kualitas hidup. Namun ternyata, ada pula keterkaitan antara hubungan sosial dan kesehatan otak.

Dalam sebuah riset Ohio State University pada 2014, seperti diberitakan psychologytoday.com, ditemukan bahwa ada kesulitan konsentrasi yang tinggi pada para pengidap kanker payudara yang mengalami kesepian tingkat tinggi.

Dalam studi ini, jelas bahwa mereka yang kesepian mengalami kesulitan berkonsentrasi dan memori yang kurang baik dibandingkan dengan yang tidak terlalu kesepian. Banyak dari kita yang belum mengetahui ini, kan?

Keterkaitan kesepian dan otak

Para ilmuwan memahami bahwa kesepian berdampak buruk pada otak. Ada sebuah keterkaitan antara perasaan tidak dicintai dan tidak dipedulikan dengan peradangan otak, yang diketahui sebagai faktor risiko alzheimer.

Meski begitu, masih sedikit studi yang mendukung temuan tersebut.

Para periset mengumpulkan tiga kelompok penderita kanker payudara dan sebagai grup kontrol, juga mengumpulkan mereka yang tidak mengidap kanker.

Pada dua studi pertama, partisipan melaporkan tingkatan kesepian mereka dan fungsi kognitif yang mereka miliki.

Satu kelompok diberi kuisioner standar dan tes kognisi. Tiga fase studi yang dilakukan memberikan hasil yang konsisten.

Tidak hanya penderita kanker payudara yang kesepian, namun kelompok  kesepian yang tidak menderita kanker juga menunjukkan hasil serupa, bahwa masalah perhatian dan memori muncul juga pada mereka.

Baca juga : Kesepian Bisa Jadi Penyebab Sulit Tidur di Malam Hari

Dilema pengobatan

Keterkaitan antara isolasi sosial dan kesehatan otak ini penting untuk diobati.

Tapi, penelitian juga menghasilkan pertanyaan tambahan yang kompleks dan menggarisbawahi kesulitan mengukur variabel subjek mana yang berdampak pada performa kognitif.

Kita tahu, bahwa para dokter bisa mencari metode pengobatan yang tepat untuk masalah tersebut. Namun, di sisi lain definisi "kesepian" sendiri dianggap terlalu abstrak.

Pasalnya kondisi ini didasari perasaan subjektif setiap orang saat merasa kesepian.

Para peneliti kemudian masih belum yakin tentang bagaimana kesepian bisa diobati secara medis, karena belum ada bukti yang jelas tentang bagaimana mengurangi rasa kesepian.

Namun, riset ini setidaknya memberikan satu ide, bahwa kesehatan fisik dan mental tidak hanya diakibatkan oleh penyakit tapi juga suatu fenomena abstrak tentang apakah kita menjadi seseorang yang dicintai atau dipedulikan atau tidak secara sosial.

Hubungan sosial yang berarti menjadi sesuatu yang fundamental bagi kesehatan seaeorang.

Sama seperti tubuh membutuhkan nutrisi untuk hidup dan berkembang, kita juga membutuhkan hubungan sosial yang baik sebagai sumber energi dalam hidup.

Baca juga : 5 Langkah Mengatasi Kesepian, Agar Hidup Lebih Semangat

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau