BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan Tetra Pak

5 Gaya Hidup yang Banyak Manfaatnya bagi Kesehatan dan Lingkungan...

Kompas.com, 5 November 2019, 14:43 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kesehatan tubuh dan kelestarian lingkungan merupakan dua topik yang akhir-akhir ini kerap menjadi pembahasan khusus. Pasalnya, dua isu ini pada dasarnya saling berkesinambungan satu sama lain.

Laporan survei global Tetra Pak Index 2019 dengan tema “The Convergence of Health and Environment” menunjukkan hal itu. Hampir tiga dari lima koresponden bahkan berpikir bahwa kesehatan dan kesejahteraan mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan.

Ada keyakinan yang berkembang bahwa gaya hidup saat ini, khususnya apa yang banyak orang makan dan minum, memiliki dampak mendasar pada kesehatan tubuh dan kelestarian lingkungan.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan di antara keduanya, simak ulasan Kompas.com berikut.

1. Mengonsumsi makanan organik

Kebanyakan masyarakat saat ini mulai sadar akan pentingnya gaya hidup sehat dengan mengatur pola makannya. Tak melulu soal rasa, tapi lebih kepada bagaimana makanan tersebut diolah dan diproduksi secara aman dan sehat.

Bahan makanan organik, menjadi contohnya. Melansir Kompas.com, Sabtu (18/5/2019), bahan pangan organik diyakini aman karena sistem pertaniannya tidak menggunakan pupuk kimia, pestisida, dan benih transgenik.

Demikian pula dengan hewan ternak seperti sapi, ayam, atau unggas lain yang dipelihara secara organik tidak menyertakan substansi seperti antibiotik dan hormon pertumbuhan.

2. Menjadi vegan

Menjadi vegan (tidak mengonsumsi segala jenis daging hewan dan produk-produk hewani) dianggap sebagai kepedulian terhadap lingkungan, hewan, dan kesehatan tubuh manusia.

Pasalnya, dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak terutama lemak jenuh dari daging, berpotensi mengurangi berbagai penyakit berbahaya seperti jantung, kanker, stroke, dan diabetes.

Namun, menjadi seorang vegan juga tidak bisa sembarangan. Mereka harus tetap mengonsumsi makanan yang kaya protein, karbohidrat, vitamin, dan lemak dalam jumlah seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Salah satunya dengan mengonsumsi kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.

Ilustrasi sampah organikSHUTTERSTOCK Ilustrasi sampah organik

3. Jangan menyisakan makanan

Disadur dari Kompas.com, Rabu (16/5/2018), Jakarta menghasilkan 7.500 ton sampah per harinya. Sebanyak 4.050 ton di antaranya merupakan sampah makanan.

Sayur dan buah adalah makanan yang paling banyak terbuang (30 persen), dilanjutkan dengan produk daging (20 persen), produk susu (20 persen), dan sereal (20 persen).

Adapun cara untuk mengurangi angka food loss dan food waste ini adalah dengan belanja serta makan secara bijak. Dengan mengurangi bahan makanan yang terbuang tersebut, Anda juga telah berkontribusi dalam menekan pencemaran lingkungan.

Pasalnya, sampah organik seperti sisa makanan mengandung gas metan yang dapat merusak lingkungan dan mengubah iklim.

4. Kurangi penggunaan plastik

Polusi sampah plastik yang tersebar di dunia, terutama Indonesia semakin pelik saja.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Perlu diketahui, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik. Hal ini tentu akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan, baik di darat maupun lautan.

5. Membeli produk makanan yang ramah lingkungan

Survei global Tetra Pak Index 2019 dengan tema “The Convergence of Health and Environment” menyebutkan, sebanyak 82 persen konsumen Indonesia setuju bahwa kerusakan lingkungan dapat tertangani jika mampu mengubah kebiasaan yang ada saat ini.

Kemudian, lebih dari 80 persen konsumen juga setuju akan pentingnya gaya hidup sehat dan hidup dengan dampak yang minimal.

Communication Manager Tetra Pak Malaysia, Singapore, Philippines & Indonesia, Gabrielle Angriani mengatakan bahwa lebih dari 80 persen konsumen Indonesia memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan.

Ilustrasi produk makanan ramah lingkunganDok. Tetra Pak Ilustrasi produk makanan ramah lingkungan

“Di Indonesia, terdapat lima karakteristik makanan dan minuman yang dapat menjawab kebutuhan kesehatan konsumen, di antaranya bahan-bahan alami, tanpa bahan pengawet, organik, kemasan yang dapat didaur ulang, dan kemasan yang dapat digunakan atau diisi kembali,” paparnya melalui rilis tertulis yang Kompas.com terima, Selasa (29/10/2019).

Oleh karena itu, mengonsumsi makanan yang menggunakan kemasan ramah lingkungan sudah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat modern.

Managing Director Tetra Pak Malaysia, Singapore, Philippines, Indonesia – Michael Wu mengatakan bahwa laporan Tetra Pak Index 2019 menunjukkan industri makanan dan minuman adalah salah satu industri pertama yang melihat adanya konvergensi antara kesehatan dengan lingkungan.

“Hal ini memberikan peluang baru bagi industri tersebut untuk menciptakan hubungan personal dengan konsumen,” ujarnya.

Peluncuran Tetra Pak Index 2019, lanjutnya, diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia sehingga dapat memenangkan tren konvergensi kesehatan dan lingkungan di masa depan.


Terkini Lainnya
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau