Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 November 2019, 22:18 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai orangtua, kita kerap kebingungan menghadapi anak yang takut atau cenderung memilki fobia terhadap sesuatu.

Sebenarnya, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk membantu si kecil menghadapi rasa takutnya.

1.Pahami ketakutan si kecil

Fobia - yang oleh psikolog dan psikiater disebut sebagai "fobia spesifik" adalah salah satu dari sedikit gangguan kecemasan yang dapat terjadi pada anak-anak.

Secara umum, fobia menyebabkan ketakutan yang berlebihan dan tidak terkendali terhadap suatu objek atau situasi yang begitu intens sehingga mengganggu kehidupan normal.

Ketika seorang anak memiliki fobia, respons “melawan atau lari" mereka menjadi kacau. Hal itu lantas menghasut perasaan takut dan bahaya yang berlebihan.

Anak-anak dapat memiliki fobia tentang hampir semua hal - lebah, anjing, jarum, jembatan, kegelapan, ketinggian, suara keras, muntah, bahkan kancing - dan penelitian menunjukkan bahwa sekitar 9 persen anak-anak dan remaja mengalaminya.

Anak-anak dapat mengembangkan fobia tiba-tiba, seringkali dipicu oleh pengalaman yang menakutkan atau perlahan-lahan seiring berjalannya waktu. Biasanya, hal ini terjadi di bawah alam sadar.

Sebagia orangtua kita harus memahami ketakutan apa yang dihadapi anak. Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya, atau melihat langsung saat si kecil bertemu dengan hal yang membuatnya ketakutan.

Baca juga: Tantangan Orangtua Membesarkan Anak Generasi Alpha

2.Tenang dan hadapi

Pertama, bantu mereka merasa aman.

"Anda ingin menjadi empatik, awalnya, dan mendukung. Cobalah untuk memahami anak itu dan menerima apa yang mereka rasakan,” kata Thomas Ollendick, Ph.D., seorang psikolog dan direktur Child Study Center di Virginia Tech seperti dikutip dari New York Times Parenting.

Ini dilakukan untuk membantu anak menjadi tenang, karena seringkali mereka merasa benar-benar ketakutan.

Pahami benar ketakutan yang mereka rasakan. Misalnya dengan bagaimana anak sangat ketakutan dengan anjing.

Bisa saja mereka berpikir bahwa anjing bisa menggigit dan membuat dia kehilangan anggota tubuhnya.

Kamu bisa bersimpati sambil memperbaiki kesalahpahaman mereka dengan nada lembut.

“Oh, kalau kamu berpikir seekor anjing bisa menggigit kakimu, tidak heran kamu merasa takut,” saran Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog klinis.

Kamu harus pastikan lebih spesifik tentang ketakutan seperti apa yang dialami si kecil. Misalnya takut gelap, gelap malam atau hanya gelap mati lampu, takut pada lebah hanya pada lebah asli atau gambar lebah juga.

Penting untuk mengetahui sumber ketakutan mereka sehingga dapat melanjutkan ke langkah berikutnya.

Baca juga: Anak Alami Fobia Sekolah, Kok Bisa?

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau