Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 Februari 2020, 08:20 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber Huffpost

KOMPAS.com - Menonton serial acara memasak merupakan hal yang menyenangkan bagi setiap orang. Namun, tak semua penggemar acara memasak adalah orang yang senang memasak.

Kerianne Vianden penulis yang berbasis di New Jersey mengatakan, ia mencintai makanan enak dan juga acara masak, termasuk kompetisi memasak. Tapi, ia benci memasak di dapur. Baginya, aneh kita harus menghabiskan waktu berjam-jam membuat makanan yang akan habis dimakan dalam 10 menit.

“Memasak butuh banyak kesabaran, dan saya orang yang sangat tidak sabar,” kata Vianden seperti dikutip Huffpost.

Molly Galler seorang blogger makanan yang berbasis di Boston, juga mengatakan takut pada setiap bagian dari proses memasak, seperti menemukan resep, berbelanja bahan, dan menyiapkan makanan.

“Belum lagi mencuci tempat pembuangan piring kotor ketika selesai makan,” kata Galler.
Namun, di balik itu Galler memiliki banyak acara favorit yang terkait dengan memasak.

Tentu, tidak ada peraturan yang mengatakan Anda harus suka masak untuk menonton acara memasak. Namun, tetap saja apa yang membuat acara memasak menjadi daya tarik bagi orang-orang yang tidak suka melakukan hal yang dibintangi oleh juru masak yang ada di acara tersebut?

Bagi banyak orang yang menonton acara memasak, ini bukan tentang belajar cara memasak sama sekali.

Baca juga: Chef Renatta, Juri MasterChef Indonesia yang Memikat Warganet

Para penggemar acara memasak biasanya terbagi dalam dua kategori: mereka yang ingin belajar memasak dan juga senang dengan acara hiburan, serta mereka yang peduli dengan segala sesuatu kecuali elemen cara memasaknya.

Mereka mungkin menghargai informasi berbasis fakta dari koki dan kontestan kompetisi masak, tetapi hal utama yang dicari oleh penonton jenis ini adalah mendengarkan rasanya.

Sebagian orang mengungkapkan bahwa acara memasak begitu memukau, terlepas dari kebencian seseorang terhadap memasak, karena itu membuat mereka percaya pada kemungkinan apa yang bisa terjadi.

Tayangan kontes memasak MasterChef. Dok. Lonely Planet Tayangan kontes memasak MasterChef.

Menonton acara memasak bisa lebih memuaskan orang yang benci masak daripada proses memasak dan makan di kehidupan nyata. Hal ini terjadi karena walau tak suka memasak, namun kemungkinan besar Anda menyukai makanan tersebut.

“Manusia sangat hebat dalam mensimulasikan pengalaman multi-indera menggunakan isyarat visual saja karena sepertiga dari bagian korteks semata-mata didedikasikan untuk visi,” kata Matt Johnson, profesor psikologi yang berbasis di California.

“Dengan melihat orang lain memasak dan membuat makanan lezat, kita bisa mensimulasikan dan membayangkan seperti apa rasa makanan itu. Kita bisa mendapatkan sedikit pengalaman gustatory yang menyenangkan tanpa kerugian, seperti tambahan kalori atau cuci piring,” tambahnya.

Baca juga: Waspadai, Alat Masak Anti Lengket Bisa Racuni Makanan

Ada harapan

Tanpa disadari ada tekanan dari sekitar kita untuk bisa memasak dan memakan makanan rumahan karena itu dinilai sehat. Acara memasak dapat membantu mengisi kekosongan dalam diri orang yang tak suka masak, namun berharap suatu hari dapat melakukan itu.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau