BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Proclin

Virus Corona Bisa Menempel di Kain, Seberapa Sering Harus Mencuci Pakaian?

Kompas.com - 12/10/2020, 16:04 WIB
Anissa DW,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Semakin hari cara penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 semakin berkembang. Tidak hanya dapat menular lewat droplet atau percikan pernapasan, virus corona tipe baru ini juga menular melalui airborne atau partikel-partikel kecil yang melayang di udara.

Bahkan, penularan pun bisa terjadi secara tidak langsung lewat permukaan yang terkontaminasi virus tersebut. Benda-benda yang dapat menjadi perantara penularan pun bermacam-macam, mulai dari termometer, mesin ATM, gagang pintu, telepon kantor, hingga pakaian.

Sebuah studi yang dilakukan National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat mengungkapkan, virus corona dapat bertahan selama 2-3 hari pada permukaan benda berbahan plastik dan stainless steel. Pada permukaan kertas dan kain yang memiliki pori-pori, virus bertahan dalam waktu yang lebih singkat.

Akan tetapi, beberapa bagian dari pakaian biasanya terbuat dari plastik atau logam, seperti kancing dan resleting. Maka, tetap ada kemungkinan virus menempel pada pakaian dalam waktu lama.

Contohnya, pada April 2020 lalu seorang ibu dan dua anaknya di Kabupaten Bogor dinyatakan positif Covid-19. Setelah diusut, ternyata ibu dan dua anak tersebut tertular virus corona dari baju sang ayah yang bekerja menangani pasien di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Baca juga: Fakta Ibu dan 2 Anak Positif Corona, Tertular dari Pakaian Ayah

Hal tersebut menandakan bahwa pakaian yang terkontaminasi bisa menjadi perantara penularan virus corona. Meski begitu, Anda tidak perlu panik. Pasalnya, risiko penularan Covid-19 melalui pakaian dapat diminimalisasi dengan cara mencucinya.

Namun, seberapa sering baiknya mencuci pakaian di masa pandemi Covid-19?

Dermatolog Cleveland Clinic Alok Vij mengungkapkan, hal tersebut tergantung pada seberapa banyak interaksi sosial yang dilakukan di luar rumah dan kedisiplinan menerapkan physical distancing.

“Ketika berada di tempat umum, Anda harus berasumsi bahwa seseorang di sekitar membawa virus corona. Untuk itu, Anda harus waspada dan melakukan pencegahan agar tidak membawa virus itu ke rumah,” ujar Vij dalam sebuah artikel di laman health.clevelandclinic.org, Jumat (17/4/2020).

Ketika pulang dari bepergian

Masih dari sumber yang sama, Vij mengatakan bahwa intensitas mencuci pakaian disesuaikan dengan sering tidaknya seseorang pergi keluar rumah atau tempat umum.

Tempat-tempat itu antara lain, kantor, supermarket, atau setelah menggunakan transportasi umum.

Ketika sampai di rumah, Vij menyarankan untuk segera melepas pakaian yang dikenakan dan mencucinya. Apalagi, jika dalam perjalanan tersebut tidak sengaja berdekatan dengan orang yang bersin atau batuk.

Jika tidak bisa langsung mencuci setelah bepergian, pakaian kotor bisa dikumpulkan dalam satu wadah khusus terlebih dulu. Jangan meletakkannya di sembarang tempat atau mengenakannya di tempat tidur.

Sementara itu, untuk pakaian yang hanya dikenakan di dalam rumah tidak perlu langsung dicuci setelah dikenakan. Cukup cuci sesuai jadwal yang biasa dilakukan, misalnya dua hari sekali.

Meski demikian, jangan biarkan baju kotor menumpuk terlalu lama agar tidak menjadi sarang bakteri dan menimbulkan bau tidak sedap.

Baju yang dikenakan orang sakit

Jika salah satu penghuni rumah sedang sakit atau melakukan isolasi mandiri, proses mencuci pakaian harus dilakukan dengan lebih berhati-hati.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyarankan untuk mengenakan sarung tangan sekali pakai ketika mencuci pakaian kotor orang yang sedang sakit.

Kemudian, segera buang sarung tangan setelah dipakai. Lalu, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Untuk perlindungan ekstra, Anda bisa mengenakan masker ketika mencuci pakaian orang yang sedang sakit.

Menurut CDC, pakaian kotor orang sakit bisa dicuci bersama dengan pakaian kotor lainnya. Gunakan detergen dan air hangat atau gunakan setelan paling hangat pada mesin cuci untuk mencuci.

CDC menjelaskan, suhu di atas 75 derajat Celcius mampu membunuh sebagian besar virus penyebab flu. Setelah itu, jemur pakaian hingga benar-benar kering.

Selain pakaian, barang-barang berbahan kain yang sering digunakan dan bersentuhan langsung dengan orang sakit, seperti handuk dan seprai, pun harus sering dibersihkan.

Sebenarnya, tidak ada aturan khusus tentang jenis detergen yang harus digunakan untuk mencuci pakaian selama masa pandemi.

Akan tetapi, agar lebih yakin pakaian bebas kuman dan virus, Anda bisa menambahkan Proclin Penghilang Noda yang mampu membunuh kuman dan virus.

Kandungan formula Oxiactive dalam Proclin Penghilang Noda mampu menghilangkan noda membandel sekaligus membunuh kuman dan virus yang menempel pada pakaian. Selain itu, Proclin Penghilang Noda juga aman digunakan untuk mencuci pakaian putih dan berwarna.

Untuk menggunakannya, Anda bisa menambahkan 30 mililiter atau sekitar dua tutup botol Proclin pada detergen saat mencuci agar pakaian bersih higienis.

Proclin juga dapat digunakan untuk merendam pakaian sebelum dicuci. Caranya, campurkan 30 mililiter Proclin Penghilang Noda dengan dua liter air, kemudian rendam selama 15-30 menit.

Selain rutin mencuci pakaian, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan rumah, mencuci tangan, selalu memakai masker, dan disiplin menerapkan physical distancing ketika berada di luar rumah. Dengan begitu, Anda bisa tetap menjaga kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Untuk mendapatkan Proclin Penghilang Noda dengan berbagai penawaran spesial, Anda bisa mengunjungi Godrej Indonesia Official Store di Lazada.

KOMPAS.com/Syifa Asky Fitaya Baju Bersih, Keluarga Sehat dengan Proclin Penghilang Noda


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com