Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dianggap Tabu di Jepang, Olimpiade Bertabur Atlet Bertato

Kompas.com, 27 Juli 2021, 18:34 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber AFP

KOMPAS.com – Di masa lalu, tato di Jepang biasanya identik dengan hal-hal berbau kriminal-yakuza (semacam mafia Jepang), misalnya.

Selain itu, tato juga digunakan oleh PSK di zaman Edo, di mana para PSK menato diri mereka dengan nama pelanggan setia mereka sebagai tanda kesetiaan.

Sisa-sisa budaya ini juga masih tersebar di beberapa area di Jepang, menyebabkan  tato masih dianggap tabu di Negeri Sakura.

Memang, saat ini Jepang mulai membuka diri dan menoleransi para pengguna tato. Bahkan, banyak anak muda Jepang yang mulai memandang tato sebagai mode atau pilihan gaya hidup.

Kendati demikian, persepsi lama tentang "tato itu buruk" belum sepenuhnya hilang. Faktanya, cukup banyak fasilitas yang melarang orang bertato masuk, seperti pantai, pemandian air panas, pemandian umum, dan kolam renang.

Baca juga: Digunakan Para Atlet Olimpiade, Apa Itu Kinesio Tape?

Vanessa Ferrari dari Italia bersiap untuk bertanding di nomor palang tidak rata kualifikasi senam artistik putri pada Olimpiade Tokyo 2020 di Ariake Gymnastics Center di Tokyo pada 25 Juli 2021.
Loic VENANCE / AFP Vanessa Ferrari dari Italia bersiap untuk bertanding di nomor palang tidak rata kualifikasi senam artistik putri pada Olimpiade Tokyo 2020 di Ariake Gymnastics Center di Tokyo pada 25 Juli 2021.
Namun, rupanya batasan itu tidak berlaku di Olimpiade Tokyo 2020. Kita bisa menemukan tato di manapun. Entah itu di kolam renang, di pantai, atau di lapangan.

Para atlet nampak tidak menghiraukan anggapan tabu tersebut. Misalnya, ada tato singa di bahu perenang Inggris Adam Peaty.

Lalu, sebuah tato pesan inspirasi di lengan atlet bola basket 3-on-3 asal China Yan Peng. Atau tato Kristus sang Penebus di betis petinju Spanyol Gabriel Escobar Mascunano.

Tato juga ditemukan terukir di tubuh atlet olimpiade lainnya.

Atlet Inggris Adam Peaty bersaing ketat untuk nomor 100m gaya dada putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Aquatics Center di Tokyo pada 24 Juli 2021.
OLI SCARFF Atlet Inggris Adam Peaty bersaing ketat untuk nomor 100m gaya dada putra selama Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Aquatics Center di Tokyo pada 24 Juli 2021.
Perenang Prancis Fantine Lasaffre memiliki tato di lengan kirinya, dan penembak Amerika Kayle Browning di pergelangan tangan kanannya. Tato juga ada di bisep kiri petinju Maroko Abdelhaq Nadir, dan di pergelangan kaki pesenam Kanada Shallon Olsen.

Atlet memang tidak akan banyak berinteraksi dengan penduduk setempat saat olimpiade akibat pandemi.

Kemungkinan besar penduduk Jepang tidak akan menyukai karya seni di tubuh para atlet. Sebab, meski Jepang semakin maju, tato terlanjur memiliki stigma negatif dan mereka yang memilikinya banyak dilarang memasuki tempat umum.

Namun, tidak ada batasan itu dalam ring olimpiade. Di kolam renang, di pantai, di lapangan — para atlet tetap mendefinisikan ulang apa artinya memiliki tanda juara.

Baca juga: Medali-medali Indonesia di Olimpiade dari Masa ke Masa

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau