Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Dampak yang Dirasakan Anak Jika Sering Nonton Horor

Kompas.com, 14 September 2022, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Riski Monika, Ikko Anata

KOMPAS.com - Anak-anak selalu memiliki ketertarikannya sendiri terhadap film. Sebagai salah satu medium hiburan, beragam genre film dapat dengan mudah kita jumpai di bioskop-bioskop maupun penyedia jasa layanan menonton lainnya.

Itu sebabnya, peran orangtua penting dalam mengawasi muatan tontonan anak. Tidak semua jenis film dapat anak tonton karena bisa berdampak negatif. Salah satunya adalah genre horor.

Terkadang, anak-anak memiliki ketertarikannya tersendiri terhadap hal-hal yang berbau horor atau cerita hantu. Sebab, kondisi tersebut juga didorong oleh adanya kisah misteri yang mengelilingi lingkungan sekolahnya.

Ada banyak kisah hantu di sekolah, seperti noni Belanda atau mister gepeng yang kerap ditemui anak-anak. Hal tersebut juga dibahas oleh Banni dan Anya dalam siniar Kosan HAI bertajuk “Serba-serbi Hantu di Sekolah”.

Masifnya informasi terkait hal-hal berbau misteri yang diterima anak lambat laun akan memunculkan rasa keingintahuan yang lebih terhadap hal-hal mistis atau horor. Tak heran jika kita sering menjumpai anak-anak meramaikan kursi penonton film horor di bioskop.

Bolehkah Anak Menonton Film Horor?

Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebuah film horor dapat memengaruhi kepribadian dan emosional seorang anak.

Baca juga: 3 Kasus Pembunuhan dengan Pelaku Miliarder

Anak-anak yang selesai menonton film horor akan mengalami gangguan emosional, seperti kecemasan dan ketakutan yang akan membuatnya kesulitan tidur, tidak ingin sendirian, dan membayangkan hal-hal aneh.

Gangguan kepribadian yang dialami anak bisa berupa tindak kekerasan karena tidak bisa berpikir logis. Hal tersebut disebabkan karena anak-anak mudah mengingat dan mempraktikan sesuatu yang mereka lihat.

Oleh sebab itu, peran orangtua sangat penting untuk mengawasi setiap tontonan anak. Dampingi anak saat menonton televisi atau bermain gim daring karena konten bermuatan horor kerap muncul secara tiba-tiba.

Orangtua juga bisa mencegah konten seram yang sering lewat di platform streaming dengan mengunduh alat untuk menyaring konten horor tersebut. Alat pemfilter ini juga bisa mencegah konten vulgar yang bisa muncul kapan saja.

Lingkungan keluarga yang sehat juga bisa dibangun orangtua untuk menciptakan hubungan yang hangat dengan anak. Hal itu membuat mereka percaya dan melihat orangtua sebagai pendukung emosional yang kuat.

Nantinya, anak akan dengan sendirinya menceritakan apa pun yang ia rasakan, entah itu perasaan senang, sedih, juga takut. Sering kali gangguan emosi terjadi karena anak menganggap tidak akan ada yang mendengarkan atau memercayai mereka.

Mengurangi Kepekaan Anak

Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Fety Khosianah, berkata bahwa menonton film horor tampaknya terlihat baik karena orang menjadi terbiasa menyaksikan hal-hal yang berdarah dan mengerikan.

Namun, jika terlalu sering menonton film horor dan adegan kekerasan, justru berbahaya terhadap rasa kepekaannya.

Baca juga: Ajarkan Anak Menggosok Gigi dengan Benar

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau