Oleh: Alifia Riski Monika, Ikko Anata
KOMPAS.com - Anak-anak selalu memiliki ketertarikannya sendiri terhadap film. Sebagai salah satu medium hiburan, beragam genre film dapat dengan mudah kita jumpai di bioskop-bioskop maupun penyedia jasa layanan menonton lainnya.
Itu sebabnya, peran orangtua penting dalam mengawasi muatan tontonan anak. Tidak semua jenis film dapat anak tonton karena bisa berdampak negatif. Salah satunya adalah genre horor.
Terkadang, anak-anak memiliki ketertarikannya tersendiri terhadap hal-hal yang berbau horor atau cerita hantu. Sebab, kondisi tersebut juga didorong oleh adanya kisah misteri yang mengelilingi lingkungan sekolahnya.
Ada banyak kisah hantu di sekolah, seperti noni Belanda atau mister gepeng yang kerap ditemui anak-anak. Hal tersebut juga dibahas oleh Banni dan Anya dalam siniar Kosan HAI bertajuk “Serba-serbi Hantu di Sekolah”.
Masifnya informasi terkait hal-hal berbau misteri yang diterima anak lambat laun akan memunculkan rasa keingintahuan yang lebih terhadap hal-hal mistis atau horor. Tak heran jika kita sering menjumpai anak-anak meramaikan kursi penonton film horor di bioskop.
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebuah film horor dapat memengaruhi kepribadian dan emosional seorang anak.
Baca juga: 3 Kasus Pembunuhan dengan Pelaku Miliarder
Anak-anak yang selesai menonton film horor akan mengalami gangguan emosional, seperti kecemasan dan ketakutan yang akan membuatnya kesulitan tidur, tidak ingin sendirian, dan membayangkan hal-hal aneh.
Gangguan kepribadian yang dialami anak bisa berupa tindak kekerasan karena tidak bisa berpikir logis. Hal tersebut disebabkan karena anak-anak mudah mengingat dan mempraktikan sesuatu yang mereka lihat.
Oleh sebab itu, peran orangtua sangat penting untuk mengawasi setiap tontonan anak. Dampingi anak saat menonton televisi atau bermain gim daring karena konten bermuatan horor kerap muncul secara tiba-tiba.
Orangtua juga bisa mencegah konten seram yang sering lewat di platform streaming dengan mengunduh alat untuk menyaring konten horor tersebut. Alat pemfilter ini juga bisa mencegah konten vulgar yang bisa muncul kapan saja.
Lingkungan keluarga yang sehat juga bisa dibangun orangtua untuk menciptakan hubungan yang hangat dengan anak. Hal itu membuat mereka percaya dan melihat orangtua sebagai pendukung emosional yang kuat.
Nantinya, anak akan dengan sendirinya menceritakan apa pun yang ia rasakan, entah itu perasaan senang, sedih, juga takut. Sering kali gangguan emosi terjadi karena anak menganggap tidak akan ada yang mendengarkan atau memercayai mereka.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Fety Khosianah, berkata bahwa menonton film horor tampaknya terlihat baik karena orang menjadi terbiasa menyaksikan hal-hal yang berdarah dan mengerikan.
Namun, jika terlalu sering menonton film horor dan adegan kekerasan, justru berbahaya terhadap rasa kepekaannya.
Baca juga: Ajarkan Anak Menggosok Gigi dengan Benar