Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Isu Selingkuh, Tak Perlu Overthinking soal Hubungan Sendiri

Kompas.com, 11 Oktober 2022, 18:19 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Brides

KOMPAS.com - Isu perselingkuhan para artis mendominasi pemberitaan beberapa pekan belakangan.

Beberapa di antaranya cukup mengagetkan karena sosok yang dikabarkan selingkuh terlihat ideal, setia bahkan 'bucin' pada pasangannya.

Apalagi mereka kerap pamer kemesraan di media sehingga hubungannya terlihat begitu sempurna.

Baca juga: Punya Pasangan Cantik, Mengapa Ada Pria yang Tetap Selingkuh?

Akibat beberapa kasus tersebut, wajar jika ada yang terpengaruh sehingga overthinking pada hubungannya sendiri.

Muncul rasa tidak percaya diri, ketakutan, kecurigaan dan pikiran buruk berlebihan yang mungkin terasa konyol namun sulit dihilangkan.

Cara menghilangkan overthinking soal hubungan

"Ada banyak hal yang bisa dipikirkan orang secara berlebihan dalam suatu hubungan," kata Gabriel Brenner, dating expert asal AS.

Pemicunya bisa jadi banyak hal termasuk trauma masa lalu hingga terpapar pemberitaan masif soal perselingkuhan seperti saat ini.

"Orang-orang dapat dimengerti takut ditinggalkan dan tidak dicintai, tetapi terkadang emosi menjadi tidak terkendali, dan terlalu banyak berpikir menjadi lingkaran setan," tambahnya lagi. 

Baca juga: Cara Mengatasi Overthinking Pada Hal Kecil agar Lebih Menikmati Hidup

Maka penting untuk segera menghilangkan overthinking tersebut agar tidak berdampak buruk pada hubungan yang sebenarnya baik-baik saja.

Miliki teman curhat yang penuh empati

Overthinking cenderung berasal dari ketakutan yang mengakar sehingga kita perlu orang yang benar-benar memahami hal itu dengan penuh empati.

Kehadiran mereka memberikan kita validasi sehingga kekhawatiran tersebut bisa memudar.

Cari teman atau keluarga yang bisa diajak berbagai pikiran obsesif tersebut sehingga kita bisa menyalurkannya.

Berusaha tidak overthinking

Bukannya membantu, kebiasaan tersebut malah akan memperburuk kondisinya.

"Yang penting untuk diingat, adalah bahwa berpikir berlebihan sering kali berasal dari masalah emosional daripada yang logis," jelas Brenner.

Baca juga: Overthinking Bukan Penyakit Mental, Simak Cara Mengatasinya

Jadi, mencoba mendekati masalah emosional dengan rasional murni sering kali menjadi bumerang dan malah mengisolasi diri sendiri lebih jauh.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau